Bisnis.com, JAKARTA — PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) atau Ancol memproyeksikan pendapatan perusahaan mencapai Rp1,2 triliun hingga akhir 2023 nanti.
Direktur Utama Ancol Winarto mengatakan target ini setara dengan realisasi pendapatan perusahaan seperti sebelum pandemi Covid-19 melanda perekonomian Indonesia. Indonesia sendiri telah mencabut status pandemi beberapa waktu lalu.
“Kami berharap pendapatan perusahaan sudah bisa kembali ke Rp1,2 triliun, syukur-syukur lebih,” ujar Winarto di Gedung DPRD DKI Jakarta yang dikutip Minggu (25/6/2023).
Dengan target ini, diperkirakan laba bersih perusahaan dapat mencapai di atas Rp200 miliar. “Laba bersih kita pada tahun lalu sekitar Rp150 miliar, tahun ini diharapkan di atas Rp200 miliar,” jelasnya.
Berdasarkan data BP BUMD DKI, pendapatan usaha Ancol pada 2022 diperoleh sebesar Rp957 miliar, sementara laba bersih dibukukan sebesar Rp154 miliar. Angka ini mengalami peningkatan jika dibandingkan 2021, dimana Ancol membukukan pendapatan sebesar Rp389 miliar, dan rugi bersih Rp275 miliar.
Guna merealisasikan target pendapatan, Ancol telah merancang rencana kerja dan anggaran (RKA) belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp254 miliar. Belanja modal tersebut digunakan untuk renovasi dan inovasi fasilitas Ancol, salah satunya New Marina untuk meningkatkan sumber pendapatan baru di masa yang akan datang.
Baca Juga
Ancol sendiri memiliki sejumlah proyek yang dalam posisi terbengkalai pembangunannya, proyek itu seperti pembangunan Hotel Marriott dan pembangunan Mall Ancol Beach City (ABC).
Pembangunan Hotel Marriott sampai saat ini baru pondasi saja. Adapun diberhentikan proyek ini dikarenakan ada pertimbangan dari Direktur Utama Ancol yang menjabat sebelumnya.
Meskipun pembangunan proyek telah terhentik namun sampai saat ini Marriot belum membatalkan proyek. Ancol saat ini tengah melakukan pendalaman secara teknikal untuk memastikan proyek tersebut dapat dilanjutkan.
Lainnya proyek Mall ABC. Terdapat sebngketa antara pihak pengelola yakni PT Wahana Agung Indonesia Propertindo (WAIP) dan pihak penyewa yakni PT Mata Elang Internasional Stadium (MEIS).
Dalam proses pembangunannya, diketahui WAIP sebagai pihak yang membangun gedung Mall ABC saling lapor dengan pihak penyewa Mata Elang, sehingga proyek tersebut mangkrak.