Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah dibuka menguat pada perdagangan Kamis (22/6/2023) kembali di bawah Rp15.000 per dolar AS.
Mengutip data Bloomberg, pukul 09.10 WIB, rupiah dibuka menguat 14,5 poin atau 0,10 persen ke Rp14.937 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS melemah 0,02 persen ke 102,04.
Sejalan, mata uang lain di Asia turut menguat seperti won Korea Selatan menguat 0,15 persen, peso Filipina menguat 0,10 persen, rupee India menguat 0,10 persen, dan ringgit Malaysia menguat 0,02 persen.
Macro Equity Strategist Samuel Sekuritas Indonesia Lionel Priyadi mengatakan adanya kebingungan di pasar dalam menyikapi testimoni dari kepala Federal Reserve Jerome Powell di hadapan Kongres Amerika Serikat tadi malam membuat dolar AS tergelincir.
Dalam testimoninya, Powell berusaha untuk mempertahankan keputusan menaikkan suku bunga puncak (terminal) sebesar 50 bps hingga 5,67 persen pada sememster II/2023. Di waktu yang sama, Gubernur Fed Atlanta Raphael Bostic memilih untuk menunggu rilis data-data pasar tenaga kerja dan inflasi Juni sebelum mengambil keputusan pada Juli.
"Berkaca pada kondisi ini, kami memperkirakan pergerakan pasar selama tiga pekan ke depan akan ditentukan oleh rilis data seperti inflasi PCE AS bulan Mei minggu depan, pasar tenaga kerja AS bulan Juni di minggu berikutnya, dan inflasi CPI bulan Juni pada minggu ketiga," ujarnya dalam riset, Kamis (22/6/2023).
Baca Juga
Samuel Sekuritas Indonrsia memperkirakan nilai tukar Rupiah masih akan tertekan dalam rentang Rp14.950-Rp15.050 per dolar AS.
Adapun Bank Indonesia hari ini akan menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 21-22 Juni 2023. Dalam pertemuan tersebut, otoritas moneter Indonesia membahas dan mengumumkan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) terbaru. Sejumlah ekonom dan analis pun meyakini bahwa BI akan mempertahankan suku bunga acuannya kembali pada RDG tersebut.