Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah emiten sektor pelayaran mempersiapkan ekspansi tahun ini, di tengah kondisi pasar dan ekonomi yang sudah lebih baik. Ekspansi yang dilakukan mulai dari menambah armada, hingga mempersiapkan lini usaha lain.
Emiten jasa angkutan laut PT Temas Tbk. (TMAS) misalnya, tahun ini menganggarkan belanja modal (capex) sebesar Rp1 triliun yang akan digunakan untuk rencana akuisisi dan ekspansi.
Direktur keuangan Temas Ganny Zheng menjelaskan dana capex tersebut akan dialokasikan untuk rencana akuisisi dan ekspansi seperti penambahan unit kapal, pembangunan depo dan pelabuhan baru serta pengadaan alat-alat penunjang bisnis.
“Sebanyak Rp700 miliar untuk pengadaan 10 unit kapal, Rp200 miliar untuk pembangunan depo dan pelabuhan baru serta Rp100 miliar untuk pengadaan alat,” jelasnya dalam paparan publik, Rabu (12/4/2023). Dana capex tersebut akan berasal dari dana internal dan dana dari pinjaman siaga.
Penambahan 10 unit kapal akan dilakukan oleh anak usahanya yaitu PT Temas Shipping dengan anggaran sebesar Rp700 miliar. Jenis kapal yang akan ditambah adalah kapal kontainer dengan kapasitas mencapai 500 hingga 1.000 TEUs.
Selanjutnya, emiten pelayaran PT Pelayaran Nasional Ekalya Purnamasari Tbk. (ELPI) menambah kepemilikan saham di PT Samudra Luas Sejahtera Abadi (SLSA) sebagai salah satu langkah Perseroan untuk melakukan ekspansi di bidang logistik ke luar negeri.
Baca Juga
ELPI melakukan transaksi jual beli saham pada PT Samudra Luas Sejahtera Abadi (SLSA) dengan Eka Taniputra dan PT Kreasi Cipta Timur (KCT) dengan membeli 150 lembar saham KCT senilai Rp150 juta dan membeli 100 lembar saham milik Eka Taniputra senilai Rp100 juta.
Selain itu, Perseroan juga membeli 10 lembar saham senilai Rp10 juta dari KCT, disusul PT Bumi Nusantara Armada (BNA), yang merupakan entitas Grup Elpi juga membeli 240 lembar saham KCT dengan nilai Rp240 juta.
Kemudian, ELPI juga melakukan peningkatan modal dasar dan modal disetor pada SLSA dengan dari Rp500 juta menjadi Rp60 miliar dengan perincian menambah bagian kepemilikan saham Perseroan sebanyak 30.940 lembar saham atau senilai Rp30,94 miliar.
ELPI melalui anak usahanya, PT Elpi Nusantara Armada (ENA), juga melakukan ekspansi bisnis ke sektor transportasi pengangkutan batu bara (tug & barge). ELPI telah mendapatkan kontrak kerasama dengan PT Bumi Nusantara Jaya (BNJ) untuk mengangkut batu bara milik BNJ selama enam tahun.
Ketiga, ada PT Sillo Maritime Perdana Tbk. (SHIP) menyiapkan belanja modal US$100 juta atau sekitar Rp1,5 triliun tahun ini, dan sudah terserap hingga 60 persen sampai dengan kuartal I/2023.
Direktur Utama SHIP Herjati mengatakan, tahun ini Perseroan menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai US$100 juta atau setara dengan Rp1,50 triliun, dan sudah terpakai 50-60 persen.
"Kita menggunakan capex ini untuk pembelian satu unit kapal pada Maret, dan selanjutnya akan membidik kapal offshore kecil dan tanker," ungkapnya dalam paparan publik.
Adapun, terkait dengan pembiayaan capex tersebut, Herjati menyebutkan SHIP mendapatkan pendanaan dari bank sebesar 85 persen dan 15 persen dari kas perseroan.
Kemudian, PT Samudera Indonesia Tbk. (SMDR) pada awal tahun ini meresmikan kapal kontainer "Sinar Saba" dan berencana menambah lebih dari lima kapal sepanjang 2023.
Direktur Utama SMDR Bani Maulana Mulia mengatakan bahwa pada awal 2023 ini, perseroan telah menerima satu kapal kontainer pada Januari dan satu unit lagi pada Maret.
"Masih ada dua lagi kapal container yang akan kami terima pada Mei dan Agustus, selain itu kami sedang memproses satu kapal tanker dan beberapa kapal curah juga untuk tahun ini," kata Bani.
Adapun, tujuan SMDR membeli kapal dan menambah armada adalah untuk melayani konsumen dan meraih pendapatan yang lebih dari sebelumnya.
Tak hanya itu, SMDR juga tengah menjajaki kerja sama untuk ekspansi bisnis ke usaha makanan instan bersama Bohan Food, yang masih dalam tahap awal pembicaraan dan mencari bentuk kerja sama terbaik.
Head of Research Analyst PT FAC Sekuritas Indonesia Wisnu Prambudi Wibowo secara prospek, sektor pelayaran tahun ini positif, tercermin dari data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I/2023 dari sektor transportasi dan pergudangan yang tumbuh 15,93 persen yoy. Di saat yang sama, gangguan rantai pasokan juga mulai kembali normal.
Adapun, ke depan sentimen kenaikan harga migas, menurut Wisnu hanya bersifat sementara sehingga tidak akan berdampak signifikan pada emiten pelayaran.
Di sisi lain, Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan mengatakan salah satu faktor yang menjadi katalis bagi saham emiten pelayaran adalah kinerja ekspor Indonesia, mengingat komoditas tambang menjadi salah satu produk unggulan ekspor Indonesia yang memerlukan jasa pelayaran dalam pengiriman.
Namun, tahun ini ada kecenderungan penurunan harga komoditas, yang sudah terjadi sejak pertengahan Desember 2022, terdampak dari perlambatan aktivitas manufaktur di AS sejalan dengan agresivitas kenaikan sukubunga acuan The Fed. Selain itu, pengetatan kebijakan moneter juga dilakukan oleh ECB yang juga berdampak negatif pada aktivitas manufaktur di Euro Area.
Faktor lain adalah hasil penelitian yang menunjukan bahwa jumlah PLTU yang diaktifkan kembali di Eropa ternyata tidak sebesar yang dikhawatirkan.
"Kombinasi faktor-faktor tersebut menyebabkan penurunan demand terhadap produk komoditas secara general," jelasnya.