Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah kembali ke level Rp15.000 jelang pidato Ketua Federal Reserve atau The Fed Jerome Powell.
Berdasarkan data Bloomberg pada 09.05 WIB, rupiah dibuka melemah 0,31 persen ke level Rp15.041 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau menguat 0,06 persen ke level US$102,58.
Pelemahan rupiah diiringi dengan anjloknya seluruh mata uang Asia lainnya pada pembukaan pagi ini. Misalnya, dolar Singapura melemah 0,10 persen, diikuti won Korea yang turun 0,15 persen, yuan China turun 0,20 persen, dolar Taiwan turun 0,13 persen, ringgit Malaysia turun 0,17 persen, dan baht Thailand turun 0,15 persen.
Hingga pukul 09.15 WIB, hanya yen Jepang yang terpantau berhasil menguat 0,03 persen, sedangkan seluruh mata uang Asia lainnya masih melemah terhadap dolar AS.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksikan rupiah dibuka berfluktuatif pada perdagangan hari ini, Selasa (20/6/2023), tetapi ditutup melemah pada rentang Rp14.980- Rp15.060. Kenaikan dolar AS dipengaruhi oleh liburan seiring para pedagang yang tengah mencerna dampak keputusan the Fed mengenai suku bunga.
Federal Reserve atau The Fed memimpin pertemuan para bank sentral untuk membahas kebijakan moneter dan menghentikan siklus kenaikan suku bunga selama bertahun-tahun. Hal tersebut guna menilai dampaknya terhadap inflasi dan prospek perekonomian negara.
Baca Juga
"The Fed juga mengisyaratkan kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut, dengan harga konsumen masih menggandakan target 2 persen, tetapi menunjukkan pentingnya data ekonomi yang akan datang mendukung langkah ini," ujar Ibrahim dalam riset, Senin (19/6/2023).
Adapun, data pasar perumahan AS, klaim pengangguran awal, hingga neraca berjalan akan dipelajari oleh pemerintah AS pada pekan ini. Pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell di depan Kongres AS pekan ini juga akan menjadi perhatian publik.
The Fed diperkirakan terus mempertahankan pengetatan kebijakan moneter yang sedang berlangsung sepanjang 2023. Pendekatan ini tetap diambil meski terjadi pelonggaran pada tingkat inflasi dan pengangguran.
Di lain sisi, bank sentral Eropa menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin dan membuka peluang untuk kenaikan lebih lanjut. Sedangkan Bank of Japan menutup kemungkinan dengan mempertahankan kebijakannya untuk saat ini.
Dari sentimen dalam negeri, Bank Indonesia (BI) diperkirakan bakal mempertahankan suku bunga acuan pada tingkat 5,75 persen sepanjang 2023. BI pun akan berhati-hati dalam menanggapi pandangan terbaru the Fed.
Pasalnya, dampak dari transmisi Federal Funds Rate (FFR) terhadap Indonesia akan semakin terlihat melalui imbal hasil obligasi pemerintah terutama untuk tenor 10 tahun yang terus menurun dan mendekati level 6 persen. Pasar obligasi dan saham Indonesia juga terus mencatatkan arus masuk bersih meski terjadi penyempitan
Kemudian tingkat inflasi Indonesia juga tercatat menurun ke level terendah dalam 12 bulan terakhir menjadi 4 persen secara tahunan per Mei 2023. Inflasi diperkirakan akan terus menurun dan bergerak dalam kisaran target ke depannya. Sementara itu, neraca dagang Indonesia dinilai akan tetap mempertahankan surplus.