Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Loyo ke Rp14.906 Akibat Perlambatan Ekonomi China

Mata uang rupiah ditutup melemah ke posisi Rp14.906 di hadapan dolar AS pada penutupan perdagangan hari ini, Rabu (14/6/2023).
Ilustrasi utang pemerintah Indonesia dalam mata uang rupiah dan dolar AS. JIBI/Himawan L Nugraha. rn
Ilustrasi utang pemerintah Indonesia dalam mata uang rupiah dan dolar AS. JIBI/Himawan L Nugraha. rn

Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang rupiah ditutup melemah ke posisi Rp14.906 di hadapan dolar AS pada penutupan perdagangan hari ini, Rabu (14/6/2023) di tengah melambatnya ekonomi China yang berpotensi menurunkan kinerja ekspor Indonesia. 

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dtutup melemah 0,29 persen ke posisi Rp14.906 atau turun 43,5 poin. Sementara itu indeks dolar bergerak melemah 0,08 persen ke 102.836.

Sejumlah mata uang Asia lainnya juga bergerak bervariasi, diantaranya yen Jepang menguat 0,21 persen, dolar Hong Kong menguat 0,03 persen, dolar Singapura menguat 0,07 persen, rupee India menguat 0,29 persen, yuan China menguat 0,07 persen, dan bath Thailand naik 0,06 persen.

Sementara itu mata uang Asia yang ikut melemah bersama rupiah adalah ringgit Malaysia melemah 0,09 persen, peso Filipina melemah 0,01 persen, won Korea melemah 0,54 persen, dan dolar Taiwan melemah 0,20 persen.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan dolar melemah terhadap mata uang lainnya  dan berjuang untuk menemukan teman selama sesi saat ini setelah data inflasi AS yang lemah sebagian besar memperkuat pandangan bahwa Federal Reserve akan memutuskan untuk mempertahankan suku bunga tidak berubah di kemudian hari ketika menyimpulkan pengaturan kebijakan dua hari. Rapat dan antisipasi perlambatan ekonomi China.

“Indeks harga konsumen AS naik hanya 0,1 persen bulan lalu, peningkatan tahun-ke-tahun sebesar 4,0 persen, kenaikan terkecil sejak Maret 2021,” katanya dalam riset harian.

Bank sentral China memangkas suku bunga untuk pertama kalinya dalam 10 bulan, pada hari Selasa, menghasilkan spekulasi bahwa lebih banyak stimulus sedang dalam perjalanan karena Beijing berupaya mendukung pemulihan ekonomi pasca-COVID yang tersendat-sendat di negara itu.

Di inggris raya, data ekonomi yang dirilis hari Rabu menunjukkan bahwa produk domestik bruto Inggris tumbuh sebesar 0,2 persen dari bulan ke bulan di bulan April, seperti yang diharapkan, tetapi sektor manufaktur dan konstruksi mengalami kontraksi. Namun, pertumbuhan upah yang kuat pada hari Selasa, mendorong kemungkinan berlanjutnya pengetatan oleh Bank of England minggu depan

Menurutnya perekonomian Indonesia saat ini terus positif, hal tersebut bisa terlihat dari data ekonomi yang cukup bagus, baik data PMI Indonesia, Neraca perdagangan, neraca pembayaran, cadangan devisa dan lain-lainnya. Namun membaiknya perekonomian indonesia akan terhambat oleh laju perlambatan ekonomi China sebagai mitra bisnis utamanya.

Namun, perlambatan ekonomi China dikhawatirkan pasar dapat berdampak pada pelemahan kinerja ekspor Indonesia mengingat Negeri Tirai Bambu merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia . Namun demikian, ekspor Indonesia tidak banyak dari manufaktur sehingga komoditas ekspor yang di ekspor yang terkait komoditas masih dibutuhkan China untuk menopang pemulihan.

Dengan perlambatan ekonomi yang terjadi di China maka pemerintah dan Bank Indonesia harus tetap waspada dan terus menerapkan strategi bauran ekonomi guna untuk memperkuat pondasi perekonomian Indonesia. Dan sebagai penguatnya adalah Undang-undang Omnibus Low Cipta Kerja.

Dengan melihat pelemahan mata uang rupiah maka bank Indonesia terus melakukan intervensi di perdagangan valuta asing dan obligasi dalam bentuk rupiah di pasar Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF). Sehingga bisa menahan laju

Sedangkan untuk perdagangan besok Kamis (15/6/2023) Ibrahim memproyeksikan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah direntang  Rp14.890- Rp14.960.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper