Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah ditutup melemah pada perdagangan hari ini ke level Rp16.210 per dolar AS, Jumat (26/4/2024). Pelemahan rupiah terjadi saat AS mengumumkan data ekonomi yang jauh dari perkiraan para ekonom.
Berdasarkan data Bloomberg, mata uang rupiah mengakhiri perdagangan dengan turun 0,14% atau 22 poin ke level Rp16.210 per dolar AS. Sementara itu indeks dolar melemah 0,04% ke level 105.410.
Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Yen Jepang tutun 0,42%, dolar Hong Kong turun 0,02%, won Korea melemah 0,06%, rupee India turun 0,01%, yuan China melemah 0,085.
Sementara itu mata uang yang naik adalah baht Thailand naik 0,25%, ringgit Malaysia naik 0,13%, peso Filipina naik 0,19% dan dolar Taiwan menguat 0,02%.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan Departemen Perdagangan melaporkan bahwa produk domestik bruto AS tumbuh pada tingkat tahunan sebesar 1,6% pada periode Januari-Maret, lebih lambat dari tingkat pertumbuhan 2,4% yang diperkirakan oleh para ekonom yang disurvei oleh Reuters.
“Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa inflasi yang diukur dengan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) inti naik 3,7% pada kuartal pertama, melampaui perkiraan kenaikan 3,4%,” kata dia dalam riset harian, Jumat (26/4/2024).
Baca Juga
Kejutan inflasi menempatkan fokus yang lebih besar dari biasanya pada rilis data indeks harga PCE untuk bulan Maret pada hari Jumat. Indeks PCE, dan indeks PCE inti yang memperhitungkan harga pangan dan energi merupakan salah satu ukuran paling penting yang digunakan oleh The Fed dalam mengukur perilaku harga. Inflasi masih berada di atas target inflasi bank sentral AS sebesar 2%.
Di sisi lain, investor memperkirakan pertemuan kebijakan Bank of Japan (BOJ) yang berakhir pada hari Jumat tidak akan cukup hawkish untuk mendukung mata uang tersebut.
Menyusul data PDB, pasar suku bunga berjangka AS memperkirakan peluang penurunan suku bunga Fed sebesar 58% pada bulan September, turun dari 70% pada hari Rabu, menurut alat FedWatch CME Group.
Pedagang suku bunga berjangka pada hari Kamis memperhitungkan kemungkinan 68% bahwa penurunan suku bunga pertama The Fed sejak tahun 2020 dapat terjadi pada pertemuannya di bulan November.
Sementara itu, dari dalam negeri Menteri Keuangan (Kemenkeu) Sri Mulyani mengatakan, kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih terjaga dalam posisi surplus hingga Maret 2024.
APBN hingga Maret atau satu kuartal terlihat positif meskipun tetap waspada karena kondisi geopolitik meningkat. Sedangkan, posisi total dari APBN masih surplus Rp 8,1 triliun atau 0,04 persen dari GDP, dari sisi keseimbangan primer surplus Rp122,1 triliun.
Kemudian, kinerja surplus itu terjadi karena pendapatan negara lebih besar dibandingkan belanja APBN. Untuk pendapatan negara hingga Maret telah terkumpul Rp 620,01 triliun atau setara 22,1 persen dari target Rp 2.802,3 Triliun pada kuartal pertama. Jika dibandingkan periode tahun sebelumnya, pendapatan ini menurun 4,1 persen.
Adapun pada perdagangan pekan depan, Senin (29/4/2024) Ibrahim memproyeksikan mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.180 - Rp16.260 per dolar AS.