Bisnis.com, JAKARTA – Produksi rokok diproyeksikan mengalami penurunan pada tahun ini, seiring kebijakan kenaikan tarif cukai dan minimum harga jual eceran (HJE) rata-rata 10 persen. Situasi ini agaknya bakal menjadi tantangan tersendiri bagi emiten rokok macam PT Gudang Garam Tbk (GGRM) hingga PT HM Sampoerna Tbk (HMSP).
Menurut analis kebijakan ahli madya Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Sarno, produksi rokok diestimasikan mencapai 314,8 miliar batang pada 2023. Angka ini turun 2,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
“Kami sudah proyeksi untuk tahun 2023 ini memang turun di angka hampir 3 persen untuk produksinya karena kami menaikkan cukai dan HJE rata-rata 10 persen,” ujar Sarno dalam salah satu webinar, yang dikutip pada Minggu (11/6/2023).
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat produksi rokok sepanjang Januari – April 2023 mencapai 88,86 miliar batang. Secara akumulatif, jumlah tersebut mengalami penurunan sebesar 15,25 persen dibandingkan tahun 2022 (year-on-year/yoy).
Penurunan produksi rokok sejalan dengan penerimaan cukai hasil tembakau (CHT), yang hingga April 2023 mengalami kontraksi 5,16 persen year-on-year (yoy) menjadi Rp72,35 triliun. Realisasi ini setara 31,11 persen dari target APBN.
Sarno menyampaikan bahwa pemerintah akan mencoba melakukan antisipasi apabila hingga paruh pertama tahun ini kinerja penerimaan CHT terus mengalami kontraksi.
Baca Juga
“Kami berharap bisa tercapai secara target sampai akhir tahun, meskipun kami juga melakukan antisipasi kalau memang sampai dengan semester satu [2023] masih minus pertumbuhannya, maka harus dicari langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mencapai target,” pungkasnya.
Secara keseluruhan, penerimaan kepabeanan dan cukai sampai dengan April 2023 terkontraksi 12,81 persen secara tahunan menjadi Rp94,50 triliun. Realisasi ini mencerminkan 31,17 persen dari target APBN 2023.
Adapun kontributor terbesar penerimaan tersebut ditopang oleh cukai yang membukukan realisasi Rp74,58 triliun atau melemah 5,07 persen yoy. Kemenkeu mencatat penurunan terjadi pada semua komponen karena dampak dari penurunan produksi.