Bisnis.com, JAKARTA — Jajaran emiten tambang mineral bakal bertambah dengan hadirnya emiten Grup Medco, PT Aman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) yang akan segera melantai di bursa pada awal Juli nanti. Seperti diketahui, AMMN mampu menorehkan kinerja positif sepanjang 2022. Lantas, bagaimana jika diperbandingkan dengan perusahan serupa seperti Antam dan Freeport?
Emiten yang akan memiliki sandi saham AMMN itu rencananya akan melakukan penawaran umum saham perdana (IPO) dengan harga penawaran awal Rp1.650 - Rp1.775 per saham pada 5 Juli 2023.
Rencananya, Perseroan akan melantai di bursa pada 5 Juli 2023. Dengan harga penawaran awal Rp1.650 - Rp1.775 per saham, Perseroan berpotensi meraih dana IPO Rp12,9 triliun. Dalam IPO, perusahaan menawarkan sebanyak-banyaknya 7.287.520.000 (7,28 miliar) saham atau 10 persen dari modal ditempatkan dan disetor.
Calon emiten di bidang tambang tembaga dan emas ini mencatatkan kinerja positif hingga akhir 2022. Mengutip prospektus ringkas Amman Mineral Internasional, pada tahun buku yang berakhir 31 Desember 2022, Perseroan mencatat penjualan bersih meningkat 117,9 persen menjadi US$2,83 miliar atau setara dengan Rp44,12 triliun (kurs Rp15.592 per dolar AS) dari US$1,29 miliar pada akhir 2021.
"Peningkatan penjualan didorong oleh kenaikan volume penjualan tembaga dan emas," jelas Manajemen Amman dalam prospektus ringkas.
Adapun, pada 2022 Amman mencetak laba untuk tahun berjalan meningkat 242,7 persen menjadi US$1,09 miliar atau setara dengan Rp16,99 triliun pada akhir 2022, dari laba US$320,61 juta pada akhir 2021.
Baca Juga
Jika dibandingkan dengan emiten serupa, seperti emiten pelat merah PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), kinerja Amman tak kalah cemerlang. ANTM sendiri pada 2022 mengantongi laba bersih sebesar Rp3,82 triliun sepanjang 2022. Capaian itu melesat 105,23 persen dibandingkan dengan 2021 sebesar Rp1,86 triliun.
Kenaikan laba bersih itu tidak lepas dari pertumbuhan penjualan pada seluruh komoditas yang dikelola Antam. Secara kumulatif, penjualan ANTM naik 19,46 persen year on year (YoY) menjadi Rp45,93 triliun pada 2022, dari sebelumnya Rp38,44 triliun.
Adapun, perusahaan tambang pelat merah lainnya, seperti PT Freeport Indonesia (PTFI) membukukan pendapatan US$ 22,78 miliar atau setara Rp 341,70 triliun (asumsi kurs Rp 15.000/US$) sepanjang tahun 2022. Dengan pendapatan tersebut, Freeport membukukan laba sebelum pajak dari operasional di Indonesia sebesar US$4,63 miliar, atau naik 16,13 persen dari 2021.
Sebelumnya, VP Corporate Communication Amman Mineral Kartika Octaviana mengatakan di tengah kondisi pasar modal yang masih volatil, Amman Mineral tetap optimistis untuk melaju IPO karena fundamental perusahaan yang positif.
"Kami perusahaan tambang komoditas tembaga dan emas, kalau pertambangan berdasarkan analisa global jangka panjang permintaan tembaga akan melebihi suplainya, jadi akan ada shortage suplai tembaga yang akan membawa tren positif pada harga tembaga," katanya usai paparan publik di Jakarta, Rabu (31/5/2023).
Selain itu, AMMN juga semakin optimistis lantaran adanya rencana pemerintah untuk menggalakkan transisi energi. Pasalnya, komoditas tembaga akan menjadi komoditas utama terkait kendaraan listrik, panel surya, kabel, baterai dan lainnya.
Di samping itu, emas sebagai komoditas lain yang sedang digarap, juga masih diperdagangkan di level harga yang cukup tinggi. Minat pada emas pun masih tinggi karena menjadi aset safe haven.