Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Usai IPO, Amman Mineral (AMMN) Rampungkan Proyek Smelter pada 2024

Setelah IPO, PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) terus mengupayakan pembangunan smelter tembaga.
Setelah IPO, PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) terus mengupayakan pembangunan smelter tembaga. /Bloomberg-Andrey Rudakov
Setelah IPO, PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) terus mengupayakan pembangunan smelter tembaga. /Bloomberg-Andrey Rudakov

Bisnis.com, JAKARTA - Calon emiten tambang tembaga Grup Medco, PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) terus mengupayakan pembangunan smelter tembaga dengan nilai investasi hingga US$3 miliar pada 2024 mendatang. 

Smelter yang dibangun melalui anak usaha Amman Mineral Internasional, PT Amman Mineral Industri (AMIN) akan memiliki kapasitas awal 900.000 ton konsentrat tembaga per tahun dan akan mengolah konsentrat tembaga dari tambang Batu Hijau dan proyek Elang.

Direktur Amman Mineral Internasional Alexander Ramlie menegaskan bahwa Perseroan serius menggarap smelter dengan investasi lebih dari US$3 miliar yang termasuk untuk membangun smelter, process plant, dan power plant baru. 

Smelter tersebut akan menghasilkan 222.000 ton katoda tembaga, 830.000 ton asam sulfat dengan konsentrasi 98,0 persen. 

Sementara itu, untuk pemurnian logam mulia, smelter tersebut juga akan menghasilkan 18 ton emas batangan dengan kemurnian emas 99,9 persen, 55 ton perak batangan dengan kemurnian perak 99,9 persen, dan logam mulia lainnya. 

"Smelter ini dibangun sebagai upaya Perseroan dalam mendukung program hilirisasi pemerintah. Dengan pengolahan konsentrat tembaga yang dilakukan di dalam negeri, Perseroan memberikan nilai tambah bagi produk, untuk Indonesia," papar Alexander dalam paparan publik, Rabu (31/5/2023).

Alexander juga menegaskan outlook bisnis emas dan tembaga ke depan masih cerah, terutama karena adanya kesenjangan antara permintaan dan pasokan, yang akan menjadi sentimen positif bagi harga komoditas logam.  

"Emas dan tembaga adalah barang yang tidak pernah tidak dibeli di pasar. Asal kita bisa produksi pasti akan ada yang beli," ujarnya. 

Dia juga menjelaskan bahwa para analis global, pelaku pasar, dan trader memproyeksikan pada 2025 akan ada penurunan produksi yang akan mengakibatkan ketidakseimbangan antara suplai dan permintaan, suplai akan berkurang dari yang ada saat ini. 

Adapun, terkait progres pengerjaannya, sampai dengan Januari 2023 smelter tersebut sudah rampung 51,63 persen dan didanai menggunakan project financing dari perbankan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper