Bisnis.com, JAKARTA — Emiten kontraktor batu bara PT Delta Dunia Makmur Tbk. (DOID) membukukan rugi bersih sebesar US$618,94 ribu atau setara dengan Rp9,26 miliar (kurs jisdor 31 maret Rp14.977) sepanjang kuartal I/2023 meski perseroan mampu mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 23,25 persen.
Berdasarkan data laporan keuangan per 31 Maret 2023, pendapatan DOID terpantau naik 23,25 persen menjadi US$409,49 juta dari sebelumnya yang tercatat sebesar US$332,25 juta.
Peningkatan pendapatan tersebut berasal dari jasa penyewaan alat berat oleh PT berau Coal sebesar 27 persen atau US$111,84 juta, PT Indonesia Pratama sebesar US$72,78 juta atau 18 persen dari total pendapatan. Kemudian PT Adaro Indonesia sebanyak 12 persen atau setara dengan US$50,22 juta dan BM Aliance Coal Operations Pty Ltd. sebesar US$39,58 juta atau 10 persen dari total pendapatan.
Seiring dengan pendapatan yang meningkat, beban pokok DOID juga naik 23,45 persen menjadi US$371,86 juta atau setara dengan Rp5,56 trilun dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$301,22 juta.
Meki begitu, laba kotor DOID tercatat naik 21,29 persen ke US$37,63 juta dari sebelumnya sebesar US$31,02 juta. Setelah dikurangi berbagai beban, seperti beban usaha, beban keuangan dan beban lain-lain, rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat naik 34,1 persen menjadi US$618,94 ribu dari sebelumnya US$461,54 ribu pada kuartal I/2023.
Adapun liabilitas DOID tercatat turun tipis 1,31 persen menjadi US$1,29 miliar dari sebelumnya US$1,31 miliar. Liabilitas jangka panjang DOID tercatat sebesar US$869,22 juta dan liabilitas jangka pendek sebesar US$428,34 juta.
Baca Juga
Kemudian, total ekuitas DOID tercatat sebesar US$252,22 juta atau setara dengan Rp3,77 triliun. Sehingga total aset DOID per 31 Maret 2023 sebesar US$1,54 miliar setara dengan Rp23,21 triliun. Angka ini turun dibandingkan dengan posisi akhir tahun lalu yang tercatat sebesar US$1,57 miliar.
Sebelumnya, DID melalui anak usahanya PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA) berencana menerbitkan surat utang berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS) atau global bond hingga US$500 juta setara Rp7,45 triliun. Penerbitan global bond ini akan terlebih dahulu melewati persetujuan pemegang saham lewat Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Kamis, 8 Juni 2023.
"Surat utang akan ditawarkan kepada investor-investor di luar wilayah Republik Indonesia dengan jumlah maksimum US$500 juta. Nilai transaksi ini melebihi 50 persen dari total ekuitas perseroan, dengan demikian merupakan transaksi material,” jelas manajemen DOID, dikutip Jumat (19/5/2023).
Berdasarkan prospektus DOID, tingkat suku bunga yang akan dibayarkan kepada pemegang surat utang dan periode pembayaran bunga masih dalam proses negosiasi dengan investor awal. Rangkaian informasi ini akan diumumkan kemudian melalui prospektus tambahan.
Surat utang direncanakan akan dijamin tanpa syarat dengan jaminan perusahaan oleh anak perusahaan penjamin. Nantinya, hasil penerbitan global bond akan diserap BUMA untuk pembayaran baik seluruh atau sebagian kewajiban utang yang tercatat dalam laporan keuangan per 31 Desember 2022.
Selain itu, emisi global bond juga akan dialokasikan untuk pembiayaan tindakan akuisisi dan sisanya apabila ada akan digunakan untuk keperluan umum DOID.