Bisnis.com, JAKARTA – Tiga emiten teknologi PT Goto Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO), PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) dan PT Global Digital Niaga Tbk. (BELI) tengah berlomba menjadi raja sektor teknologi.
Dari sisi cakupan ekosistem, GOTO memiliki gross transaction value (GTV) mencapai Rp149 triliun pada kuartal I/2023. Jumlah itu setara dengan 3,7 kali capaian dari Bukalapak dan 8,3 kali torehan BELI.
Sementara itu dari sisi bottom line, GOTO menghasilkan kerugian bersih Rp3,86 triliun pada kuartal I 2023. Jumlah itu lebih rendah 40,3 persen yoy dibandingkan dengan kerugian bersih kuartal I tahun lalu yang mencapai Rp6,47 triliun.
Berbanding terbalik dengan torehan BUKA yang mencatatkan rugi bersih sebesar Rp1 triliun pada kuartal I 2023 dari laba bersih sebesar Rp14,5 triliun pada kuartal I 2022. Turunnya rugi bersih disebabkan oleh rugi investasi.
Manajemen Bukalapak mengakui bahwa kinerja yang berbalik rugi itu disebabkan karena pada kuartal I/2022 perseroan mendapatkan laba dari nilai investasi di PT Allo Bank Tbk. (BBHI).
Di sisi lain, BELI dapat menekan kerugian hingga 17,81 persen menjadi Rp878,17 miliar pada kuartal I/2023 dari Rp1,06 triliun di kuartal I/2022.
Baca Juga
Sementara itu, Direktur Utama Goto Gojek Tokopedia Andre Soelistyo menyampaikan optimismenya dapat mengerek kinerja hingga akhir tahun salah satunya untuk bisnis e-commerce perseroan.
“Salah satu hal yang menjadi kunci bisnis e-commerce kami pastinya adalah logistik. Karena pada akhirnya banyak biaya, seperti mensubsidi pengiriman untuk menarik lebih banyak pengguna untuk bertransaksi online daripada offline,” katanya beberapa waktu lalu.
Oleh sebab itu, GOTO mengambil langkah lebih dulu dibandingkan dengan kompetitor untuk memisahkan bisnis logistic. Andre mengatakan itu adalah salah satu dari strategi dipersiapkan karena kekuatan Tokopedia saat ini adalah hyperlocal.
Menurutnya cakupan bisnis e-commerce berada di kota tingkat satu dan dua. Maka GOTO focus mengurangi seluruh rantai pasokan end-to-end untuk mengurangi keseluruhan biaya pengiriman.
“Sebenarnya akan menjadi lebih menguntungkan bagi kami dibandingkan pesaing lain yang lebih fokus pada tingkat dua dan tiga kota. Dan ini sebenarnya adalah strategi utama yang sangat penting karena dapat mengurangi biaya dengan agregasi serta cepatan dan handal,” ungkapnya.
Sementara itu, dari sisi pasar modal GOTO memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp138,57 triliun dengan kenaikan hingga 28,57 persen ytd. Jumlah itu berbanding terbalik dengan torehan Bukalapak sebesar Rp21,4 triliun dengan koreksi saham 20,61 persen ytd. Begitu pun dengan BELI di posisi Rp54,03 triliun dan koreksi 2,98 persen.
Tim Bloomberg Inteligence meyakini kapitalisasi pasar dan saham GOTO dapat terdongkrak usai resmi menjadi konstituen MSCI.
“Dengan rebalancing diharapkan dana yang diperdagangkan di bursa dan pasif dana yang terkait dengan indeks MSCI, yang dapat mendorong aliran yang lebih tinggi ke Gojek Tokopedia. iShares Inti MSCI Emerging Markets ETF (IEMG US) dan iShares MSCI Emerging Market ETF (EEM US) adalah di Antara ETF terbesar yang melacak pasar negara berkembang, dengan total aset masing-masing US$69 miliar dan US$24 miliar,” katanya.
Adapun pembobotan 0,1 persen di masing-masing indeks ini berarti hampir US$100 juta potensi aliran masuk. ETF lain dengan indeks MSCI sebagai tolok ukur dasar termasuk iShares MSCI Emerging Markets ex China ETF (EMXC US) dan iShares MSCI Indonesia ETF (EIDO US), yang dapat membuat bobot Gojek Tokopedia bobot yang lebih tinggi, mengingat tidak adanya China dan pasar lain yang lebih besar.