Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Nyaris Stagnan Jelang Pertemuan Joe Biden dan Kongres AS

Wall Street membukukan keuntungan kecil menjelang pertemuan antara Presiden Joe Biden dan Ketua DPR Kevin McCarthy soal krisis pagu utang AS.
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat di Wall Street, New York berakhir menguat tipis pada perdagangan Senin (15/5/2023) waktu setempat dengan investor yang menunggu kejelasan anggota parlemen di Washington bisa mencapai kesepakatan untuk mencegah gagal bayar utang AS.

Berdasarkan data Bloomberg, Selasa (16/5/2023), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup naik 0,14 persen atau 47,98 poin ke 33.348,60, S&P 500 menanjak 0,30 persen atau 12,20 poin ke 4.136,28, dan Nasdaq melejit 0,66 persen atau 80,47 poin ke 12.365,21.

Pasar saham membukukan keuntungan kecil menjelang pertemuan antara Presiden Joe Biden dan Ketua DPR Kevin McCarthy, dengan kedua belah pihak mengirimkan sinyal beragam. Pada akhir perdagangan, exchange-traded fund (ETF) senilai US$382 miliar yang melacak S&P 500 sedikit berubah setelah Menteri Keuangan Janet Yellen menegaskan kembali bahwa departemennya dapat kehabisan uang tunai setelah 1 Juni kecuali Kongres menaikkan atau menangguhkan batas utang federal.

Pasar saham sempat jatuh pada awal perdagangan Senin karena data menunjukkan manufaktur New York anjlok terbesar sejak April 2020. Angka minggu ini kemungkinan akan menggarisbawahi lebih banyak kelemahan ekonomi, memperkuat suara dovish Fed meskipun inflasi gagal meyakinkan. Menurut Anna Wong dari Bloomberg Economics, dua pejabat Federal Reserve mengindikasikan mereka lebih suka menghentikan kenaikan suku bunga.

Hasil dari perusahaan ritel seperti raksasa Walmart Inc. juga akan sangat diteliti oleh investor selama beberapa hari ke depan.

“Ada sedikit keyakinan di kedua sisi karena pasar terus mencerna pendapatan, banyak data ekonomi, dan menyoroti Washington mengenai diskusi plafon utang,” kata Craig Johnson, kepala teknisi pasar di Piper Sandler.

Analis E*Trade dari Morgan Stanley Chris Larkin berpendapat bawah wajar untuk bertanya apakah volatilitas pasar saham yang rendah menunjukkan bahwa pasar terlalu berpuas diri, terutama setelah S&P 500 membukukan kisaran mingguan non-hari libur tersempit sejak Agustus 2021.

“Kegagalan utang mungkin bukan skenario yang paling mungkin, tetapi setiap perdebatan yang berkepanjangan atau perkembangan yang tidak terduga berpotensi memicu volatilitas yang lebih tinggi,” katanya.

Marko Kolanovic dari JPMorgan Chase & Co. bergabung dengan para ahli strategi Wall Street dalam memperingatkan bahwa kebuntuan plafon utang AS adalah hambatan lain yang mengancam prospek pasar ekuitas.

Mike Wilson dari Morgan Stanley menyampaikan peringatan serupa pada tenggat waktu plafon utang, mencatat klien bank mengatakan masalah ini tidak mungkin diselesaikan tanpa volatilitas jangka pendek. Sementara itu, Jean Boivin dan Wei Li dari BlackRock Investment Institute mengatakan mereka memprediksi pertikaian utang berpotensi memicu volatilitas baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper