Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Istri Virgoun Inara Rusli Rugi 65 Persen dari Saham Sultan Subang (IPPE)

Istri Virgoun yakni Inara Rusli rugi hingga 65,15 persen dari saham PT Indo Pureco Pratama Tbk. (IPPE) milik Sultan Subang Asep Sulaeman Sabanda.
Jajaran direksi PT Indo Pureco Pratama Tbk. dalam seremoni pencatatan saham perdana atau initial public offering (IPO) saham IPPE, Kamis, 9 Desember 2021./Istimewa
Jajaran direksi PT Indo Pureco Pratama Tbk. dalam seremoni pencatatan saham perdana atau initial public offering (IPO) saham IPPE, Kamis, 9 Desember 2021./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Istri Virgoun, yakni Ina Idola Rusli atau Inara Rusli mengungkap mengalami unrealized loss atau kerugian yang belum terealisasi hingga 65,15 persen dari saham PT Indo Pureco Pratama Tbk. (IPPE) milik Sultan Subang Asep Sulaeman Sabanda.

Melalui akun Instagram miliknya @mommy_starla, Inara Rusli mengunggah sebuah tangkapan layar dari aplikasi Poems ID milik PT Phillip Sekuritas Indonesia. Dalam unggahannya tersebut terlihat Inara mengalami unrealized loss hingga 65,15 persen dari saham IPPE.

“Kerugian namanya floating loss/unrealized loss artinya sementara,” ujar Inara dalam unggahannya dikutip Selasa (16/5/2023).

Adapun melalui unggahan tersebut, Inara Rusli hanya menampilkan angka unrealized loss dan juga harga terakhir saham IPPE yang berada di level Rp50. Sementara jumlah saham maupun valuasi yang dimilikinya tidak diumbar atau disensor.

Saham IPPE milik Sultan Subang tersebut pernah disuspensi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak 26 Januari 2023. Pihak Bursa menyebut suspensi dilakukan dalam rangka cooling down pasca adanya penurunan harga kumulatif yang signifikan.

“PT Bursa Efek Indonesia memandang perlu untuk melakukan penghentian sementara perdagangan saham PT PT Indo Pureco Pratama Tbk. (IPPE) pada perdagangan 26 Januari 2023,” tulis BEI dalam pengumumannya.

Berdasarkan data RTI, saham IPPE mengalami koreksi hingga 60 persen sepanjang tahun berjalan atau year-to-date (YtD) dan berada di level Rp50. Price earning ratio (PER) berada di posisi 37,30 kali, sedangkan price to book value (PBV) di posisi 0,81 kali.

Mayoritas saham IPPE digenggam oleh publik dengan jumlah 2,26 miliar (2.262.320.600) saham atau setara 49,19 persen dari 4,6 miliar (4.600.000.000) saham yang beredar. Kapitalisasi pasar IPPE mencapai Rp230 miliar.

Kemudian Sultan Subang, yakni Asep Sulaeman Sabanda tercatat memiliki saham minoritas IPPE secara langsung sebesar 250,67 juta (250.679.400) saham atau setara 5,45 persen per 30 April 2023.

Sebagai informasi, IPPE resmi melantai di Bursa pada 9 Desember 2021. Harga saham yang dipatok pada aksi perdana tersebut mencapai Rp100 per sahamnya dengan dana yang diperoleh mencapai Rp100 miliar.

Sempat beredar rumor bahwa penurunan harga saham IPPE yang berujung pada suspensi tersebut berkaitan dengan isu gagal bayar repo yang beredar di pasar. Rumor ini juga disebut melibatkan salah satu anggota bursa Royal Investium dengan kode broker LH.

Royal Investium telah disuspensi dan tidak diperkenankan untuk melakukan perdagangan efek lantaran tidak memenuhi ketentuan nilai minimum yang dipersyaratkan. Rumor juga beredar bahwa transaksi gagal bayar repo menjadi penyebab modal kerja bersih disesuaikan (MKBD) Royal Investium yang tergerus.

Repo tersebut dilakukan atas tiga saham milik Sultan Subang, yakni PT Bersama Zatta Jaya Tbk. (ZATA), PT Indo Pureco Pratama Tbk. (IPPE), dan PT Berkah Beton Sadaya Tbk. (BEBS).

Dalam sebuah paparan publik insidentil, Direktur Utama IPPE Syahmenan membantah turunnya harga saham berkaitan dengan isu gagal bayar repo tersebut. Dia pun menegaskan penurunan IPPE disebabkan oleh mekanisme pasar.

“Soal harga, tidak ada kaitannya dengan repo. IPPE tidak melakukan hal-hal tersebut. Ini merupakan mekanisme pasar,” ujarnya dalam paparan publik insidentil pada 31 Januari 2023.

Dia juga mengatakan IPPE akan lebih fokus meningkatkan kinerja dan tidak berencana untuk melakukan intervensi. Selain itu, dia juga menyebut IPPE telah merealisasikan Rp100 miliar dana hasil IPO untuk penambahan mesin dan pembangunan baru pengolahan minyak kelapa baru.

“Kalau ditanya apa ada intervensi terhadap saham, kami tidak ada rencana intervensi harga. Kami fokus pada kegiatan untuk meningkatkan pendapatan dari perusahaan yang dalam hal ini ekspansi dari crude coconut oil yang dalam tahap finalisasi pembangunan,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper