Bisnis.com, JAKARTA - Emiten perkebunan dan pengolahan sawit Grup Rajawali, PT Eagle High Plantation Tbk. (BWPT) menargetkan pertumbuhan pendapatan dobel digit pada 2023 seiring dengan peningkatan produksi CPO.
Pada kuartal I/2023, BWPT mencatatkan pendapatan usaha Rp1,04 triliun, naik 40,48 persen year on year (yoy) dari Rp744,49 miliar per Maret 2022. Pendapatan usaha ditopang minyak kelapa sawit Rp929,23 miliar, selanjutnya penjualan inti kernel Rp81,94 miliar dan tandan buah segar Rp24,7 miliar.
Pelanggan terbesar BWPT per Maret 2023 ialah PT Sari Cumai Sejati dengan penjualan Rp392,99 miliar, PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk. (SMAR) Rp378,04 milia, dan PT Bina Karya Prima Rp116,79 miliar. Ketiga perusahaan itu berkontribusi terhadap 47 persen total penjualan BWPT.
Dari sisi produksi, BWPT menghasilkan CPO 75.000 ton pada kuartal I/2023, dan produksi palm kernel 14.000 ton. Pada 2022, BWPT menghasilkan CPO 329.000 ton dan palm kernel 61.000 ton serta membukukan pendapatan Rp4,57 triliun.
"Produksi CPO tumbuh 86 persen pada kuartal I/2023 sehingga mendorong pendapatan. Sampai akhir 2023, kami mengincar pertumbuhan produksi dan pendapatan dobel digit," jelas Direktur Utama BWPT Henderi Djunaidi dalam keterangan tertulis, dikutip Senin (8/5/2023).
Peningkatan pendapatan BWPT turut mendorong kinerja bottom line. BWPT pun mencatatkan laba bersih Rp18,27 miliar pada kuartal I/2023 dibandingkan rugi bersih Rp217,67 miliar per Maret 2022.
Baca Juga
Henderi menjelaskan pencapaian titik balik ini tentu tidak lepas dari dukungan Rajawali Group, yang terlibat aktif dalam proses turn around BWPT serta turut berkontribusi mengawal setiap inisiasi dan tindakan perbaikan kinerja perseroan.
BWPT telah melakukan pengadaan dan peremajaan unit alat-alat berat dan truk pengangkutan buah serta fokus menyelesaikan perbaikan pabrik di sepanjang tahun 2022.
Tak hanya itu, BWPT juga terus melakukan berbagai upaya untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan, terutama melalui perbaikan perumahan dan fasilitas umum karyawan, di mana tercermin pada tingkat kepuasan karyawan yang tinggi berdasarkan survei rutin perseroan.
Sepanjang tahun 2023, BWPT juga secara konsisten berupaya untuk menurunkan bank loan. Sebagai bentuk komitmennya, perseroan menargetkan penurunan bank loan sebesar double digit pada tahun ini.
Per Maret 2023, utang bank dan lembaga keuangan bukan bank BWPT mencapai Rp6,65 triliun, membaik dari sebelumnya Rp6,81 triliun pada akhir 2022.
Pada kuartal I/2023, BPWT berhasil mengurangi utang bank jatuh tempo lebih dari 1 tahun menjadi Rp3,88 triliun dari Rp5,44 triliun pada akhir 2022. Namun, BWPT masih mencatatkan utang dari aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual senilai Rp1,4 triliun.
Ke depannya, BWPT juga merencanakan lompatan yang lebih tinggi lagi, dengan melakukan digitalisasi dalam setiap lini proses bisnisnya. Proses digitalisasi ini nantinya, tidak hanya bersifat administratif, tetapi juga menerapkan Internet of Things (IoT) yang mengintegrasikan sumber daya manusia, proses, dan teknologi dalam rangka meningkatkan efisiensi operasional di kebun maupun pabrik.
“Diharapkan rencana proses digitalisasi yang terintegrasi serta pengoptimalan infrastruktur, bangunan perumahan dan fasilitas umum, dapat mendukung Perseroan menjaga tradisi pertumbuhan dobel digit secara konsisten di tahun 2023,” jelas Henderi.