Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup menguat ke posisi Rp14.685 pada perdagangan Kamis (4/5/2023). Penguatan terjadi pasca The Fed mengumumkan kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin.
Berdasarkan data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup menguat 0,05 persen ke posisi Rp14.685. Sementara itu indeks dolar AS terkoreksi 0,03 persen ke level 101,31 pada hari ini.
Adapun bersama rupiah, seluruh mata uang kawasan Asia juga ditutup menguat terhadap dolar AS pada hari ini. Won Korea Selatan naik 1,16 persen, baht Thailand naik 0,30 persen, ringgit Malaysia naik 0,20 persen, dolar Singapura naik 0,17 persen, dan dolar Taiwan naik 0,13 persen.
Selanjutnya, rupee India naik 0,08 persen, yuan China naik 0,06 persen, yen Jepang naik 0,03 persen, dolar Hong Kong naik 0,03 persen, dan peso Filipina naik 0,01 persen.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan indeks dolar AS terkoreksi melanjutkan aksi jual setelah The Fed memberi sinyal untuk memberi jeda pada kebijakan pengetatan suku bunga.
Sementara itu, the Fed baru saja menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada dini hari ini. Kenaikan tersebut seperti yang diharapkan, dan tidak ada antisipasi kenaikan lebih lanjut untuk menekan inflasi.
Baca Juga
Kerapuhan perbankan AS pasca runtuhnya First Republic Bank pekan lalu disebut telah membebani dolar pada belakangan ini. Runtuhnya First Republic Bank berarti sudah ada tiga bank regional yang menemui jalan buntu dalam beberapa bulan terakhir.
Gejolak sektor perbankan kembali berlanjut pasca saham PacWest Bancorp turun lebih dari 50 persen pada perdagangan kemarin. Hal ini terjadi pasca Bloomberg melaporkan bank tersebut akan mengeksplorasi opsi strategis.
“Fokus hari Kamis sekarang beralih ke Bank Sentral Eropa yang diperkirakan akan menaikkan suku bunganya di sesi nanti, mungkin sebesar 25 basis poin tanpa memberikan penilaian kebijakan masa depan yang dovish,” ujar Ibrahim dalam riset, Kamis (4/5/2023).
Dari dalam negeri, dia mengatakan perekonomian Indonesia berpotensi tumbuh pada kisaran 5 persen secara year-on-year (YoY). Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan perekonomian dapat mencapai minimal 5 persen per kuartal I/2023.
Pertumbuhan akan didorong oleh perbaikan konsumsi rumah tangga dan juga pertumbuhan ekspor. Meski demikian, pertumbuhan ekspor berpotensi melambat disamping mengalami pertumbuhan.
Sementara itu, para ekonom memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya berkisar 4,9 persen per kuartal I/2023. Hal ini disebabkan oleh kinerja konsumsi rumah tangga yang tidak sesuai dengan ekspektasi.
Selain itu, adanya normalisasi harga komoditas juga mendorong pelemahan kinerja perdagangan Indonesia. Dia mencontohkan masyarakat di luar Pulau Jawa yang akan menurun dan mempengaruhi daya beli.
“Meskipun, ada momen hari besar seperti Tahun Baru dan Tahun Baru Imlek, masyarakat lebih bijak dalam mengeluarkan dana untuk konsumsi. Bila menilik sumber pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2023, sumber pertumbuhan ada pada kinerja investasi,” jelasnya.
Ibrahim memproyeksikan rupiah dibuka berfluktuatif pada perdagangan besok. Namun, ditutup menguat pada rentang Rp14.550- Rp14.730.