Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sikap Agresif The Fed soal Suku Bunga Menggilas Wall Street

Wall Street melemah pada akhir perdagangan Kamis pagi WIB, setelah komentar Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell.
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA - Wall Street melemah pada akhir perdagangan Kamis pagi WIB, setelah komentar Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell membuat investor bertanya-tanya langkah bank sentral AS selanjutnya dengan kenaikan suku bunga.

Indeks Dow Jones Industrial Average tergelincir 270,29 poin atau 0,80 persen, menetap di 33.414,24 poin. Indeks S&P 500 kehilangan 28,83 poin atau 0,70 persen, berakhir di 4.090,75 poin. Indeks Komposit Nasdaq turun 55,18 poin atau 0,46 persen, ditutup di 12.025,33 poin.

Semua sektor utama S&P 500 berakhir lebih rendah, dengan sektor energi dan keuangan turun paling banyak. Indeks perbankan regional KBW merosot 0,9 persen, memperpanjang penurunan tajam minggu ini.

Indeks-indeks utama awalnya menahan kenaikan setelah pernyataan The Fed meningkatkan suku bunga sebesar 0,25 poin persentase, seperti yang diharapkan, dan mengisyaratkan pihaknya bisa menghentikan kenaikan lebih lanjut.

Keputusan secara bulat mengangkat suku bunga acuan overnight bank sentral AS ke kisaran 5,00-5,25 persen, kenaikan ke-10 berturut-turut sejak Maret 2022.

Saham mulai melemah setelah konferensi pers menyusul pernyataan tersebut. Powell mengatakan The Fed masih memandang inflasi terlalu tinggi, dan mengatakan masih terlalu dini untuk mengatakan bahwa siklus kenaikan suku bunga telah berakhir.

"The Fed terus berjalan di atas tali, dan itu adalah mereka mencoba untuk mencapai keseimbangan antara kredibilitas melawan inflasi sambil mencoba merekayasa soft landing," kata Michael Arone, kepala strategi investasi di State Street Global Advisors di Boston.

Investor pun cemas akan sinyal dari bank sentral AS tentang kenaikan suku bunga Rabu (3/5/2023) akan menjadi kenaikan terakhir untuk saat ini.

"Siapa pun yang mengharapkan kecenderungan ke arah skenario itu, sepertinya mereka tidak mendapatkannya," kata Alan Lancz, presiden Alan B. Lancz & Associates Inc., sebuah firma penasihat investasi yang berbasis di Toledo, Ohio. "Itu tidak meyakinkan."

Investor khawatir bahwa suku bunga yang lebih tinggi pada akhirnya akan mendorong ekonomi ke dalam resesi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Pandu Gumilar
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper