Bisnis.com, JAKARTA – Rupiah dibuka menguat ke posisi Rp14.703 pada perdagangan hari ini Rabu (3/5/2023) sementara itu indeks dolar AS jatuh 0,23 persen ke posisi 101.495.
Berdasarkan data Bloomberg, pada 09.05 WIB rupiah dibuka menguat 0,07 persen atau 10,5 poin ke posisi Rp14.703 di hadapan dolar AS setelah pada perdagangan sebelumnya ditutup melemah ke posisi Rp14.714. Beberapa mata uang Asia lainnya terpantau bergerak bervariasi.
Yen Jepang terpantau menguat 0,37 persen, dolar Singapura menguat 0,10 persen, peso Filipina menguat 0,13 persen, rupee India melemah 0,06 persen, yuan China menguat 0,06 persen, ringgit Malaysia menguat 0,13 persen dan bath Thailand menguat 0,28 persen.
Sementara itu mata uang dolar Taiwan menguat sebesar 0,22 persen sedangkan won Korea menguat 0,21 persen terhadap dolar AS.
Sebelumnya, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksikan mata uang rupiah dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14,680 hingga Rp14.750.
Ibrahim menyebutkan pelaku pasar mengantisipasi data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal pertama 2023. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan sebesar 4,95 persen (yoy), tidak sesuai dengan ekspektasi pemerintah dan Bank Indonesia di kisaran 5 persen (yoy).
Baca Juga
“Kemudian Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indeks Harga Konsumen bulan April 2023 mengalami inflasi sebesar 0,33 persen secara bulanan [mtm]. Adapun, inflasi tahun kalender mencapai 1,01 persen [ytd] dan inflasi tahunannya sebesar 4,33 persen [yoy],” katanya dalam riset harian, dikutip Rabu (3/5/2023).
Inflasi Maret ini lebih tinggi dari bulan Maret 2022, sebesar 0,18 persen. Secara historis Lebaran, BPS mencatat inflasi 0,33 persen relatif rendah dibandingkan periode Lebaran sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh pasokan holtikultura dan beras yang terjaga yang tercermin dari deflasi cabai merah dan cabai rawit.
Aktivitas manufaktur Indonesia melonjak pada April 2023 didukung oleh kuatnya permintaan dalam negeri menjelang Lebaran. Sedangkan untuk periode April 2023, PMI manufaktur Indonesia ada di angka 52,7. PMI jauh lebih tinggi dibandingkan pada Maret 2023 yang tercatat di 51,9. Indeks sebesar 52,7 adalah yang tertinggi sejak September 2022 atau tujuh bulan terakhir.
Data terbaru juga menunjukkan PMI manufaktur Indonesia sudah berada dalam fase ekspansif selama 20 bulan terakhir. PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. Sementara di bawah itu artinya kontraksi.
"Aktivitas bisnis meningkat ditopang oleh permintaan dari dalam negeri yang lebih kencang sehingga permintaan baru serta volume produksi meningkat ke level tertingginya selama tujuh bulan. Untuk produsen barang mulai meningkatkan produksi karena membaiknya prospek bisnis dalam jangka pendek, sehingga berdampak ke ekspansi," jelas Ibrahim.