Bisnis.com, JAKARTA – Emiten batu bara milik Grup MNC, PT MNC Energy Investments Tbk. (IATA) meraih laba bersih sebesar US$15,80 juta atau setara Rp248 miliar sepanjang kuartal I/2023 (kurs per 31 Maret 2023 Rp15.062).
Laba bersih emiten milik Hary Tanoe ini turun sebesar 3,53 persen dari kuartal I/2022 yang tercatat sebesar RpUS$16,38 juta.
Meski laba bersih mengalami penurunan, pendapatan usaha IATA justru naik 29,29 persen menjadi US$52,23 juta atau setara Rp786,70 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar US$40,39 juta.
Pendapatan tersebut ditopang oleh segmen pertambangan perdagangan, industri dan jasa lokal sebesar US$16,86 juta, ekspor sebesar US$31,31 juta. Kemudian segmen jasa penyewaan pesawat kontrak sebesar US$3,13 juta dan spot charter sebesar US$103.253, segmen port management fee sebesar US$741.673, dan segmen jasa service pesawat sebesar US$70.885.
Sementara itu, beban pokok IATA tercatat US$17,81 juta setara Rp268,38 miliar atau naik 60,99 persen dibandingkan dengan kuartal yang sama pada tahun sebelumnya yang sebesar US$11,06 juta.
Alhasil laba kotor tercatat sebesar US$34,41 juta atau setara dengan Rp518,28 miliar sementara laba bersih yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk turun turun sebesar 3,53 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya US$16,38 juta.
Baca Juga
IATA membukukan liabilitas sebesar US$127,49 juta dengan rincian liabilitas jangka pendek sebesar US$67,07 juta dan liabilitas jangka panjang sebesar US$60,41 juta. Kemudian ekuitas tercatat US$89,40 juta naik dibandingkan Desember 2022 sebesar US$75,35 juta.
Sementara itu total aset tercatat sebesar US$216,90 juta setara dengan Rp3,26 triliun.
Manajemen IATA menjelaskan terdapat perubahan aset lebih dari 20 persen dikarenakan produksi yang bertambah pada kuartal I/2023.
Sementara untuk perubahan liabilitas lebih dari 20 persen disebabkan kenaikan uang muka penjualan pada kuartal I/2023.
“Dengan adanya penambahan aset dan liabilitas tersebut, diharapkan dapat meningkatkan kinerja keuangan IATA pada masa yang akan datang,” imbuh manajemen, dikutip Rabu (3/5/2023).