Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emiten Batu Bara Hary Tanoe IATA Targetkan Pendapatan Rp5,4 Triliun pada 2023

Emiten batu bara milik konglomerat Hary Tanoesoedibo, PT MNC Energy Investments Tbk. (IATA) mengincar pendapatan US$350 juta atau sekitar Rp5,4 triliun.
Hary Tanoesoedibjo, Executive Chairman MNC Group. Emiten batu bara milik konglomerat Hary Tanoesoedibo, PT MNC Energy Investments Tbk. (IATA) mengincar pendapatan US$350 juta atau sekitar Rp5,4 triliun. /Bisnis.com
Hary Tanoesoedibjo, Executive Chairman MNC Group. Emiten batu bara milik konglomerat Hary Tanoesoedibo, PT MNC Energy Investments Tbk. (IATA) mengincar pendapatan US$350 juta atau sekitar Rp5,4 triliun. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten batu bara milik Hary Tanoesoedibo PT MNC Energy Investments Tbk. (IATA) menargetkan produksi batu bara 7 juta ton sehingga berpotensi meraih pendapatan US$350 juta atau sekitar Rp5,42 triliun (estimasi kurs Rp15.500 per dolar AS).

Head of Investor Relations IATA Natassha Yunita mengatakan pada 2023, IATA menargetkan produksi batu bara melebihi 7 juta ton. Adapun, tahun 2022 perusahaan merealisasikan produksi 4,22 juta ton.

"Dengan asumsi harga batu bara US$50 per ton, maka akan menghasilkan pendapatan sebesar US$350 juta," jelasnya dalam keterangan resmi, Selasa (3/1/2023).

Target produksi tersebut akan terus meningkat seiring bertambahnya izin usaha pertambangan (IUP) yang beroperasi dan kemampuan perseroan untuk mendapatkan kontrak pembelian batu bara.

Saat ini, IATA memiliki cadangan batu bara sebanyak 332 juta ton dari 20 persen keseluruhan area penambangan seluas 72.478 Ha. Tidak berhenti di situ, Perseroan aktif mengeksplorasi 59.035 ha area yang diyakini memiliki cadangan terbukti hingga 600 juta MT untuk semua IUP.

Sementara itu, IATA mengantongi pendapatan sebesar US$166,6 juta hingga November 2022, melonjak 130,2 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari US$72,4 juta tahun lalu.

EBITDA IATA hingga November 2022 tumbuh positif 127,6 persen mencapai US$66,3 juta, dari US$9,1 juta pada periode yang sama tahun lalu. Hal tersebut menjadikan laba bersih IATA naik 100,1 persen secara tahunan dari US$22,9 juta pada November 2021 menjadi US$45,8 juta pada November 2022.

Menurut Natassha pertumbuhan laba dan pendapatan IATA tidak lepas dari langkah manajemen menajamkan fokus investasi di sektor energi.

“Perseroan masih akan terus menggenjot produksi, memanfaatkan momentum tingginya permintaan dan harga batu bara di pasar internasional,” kata dia.

Adapun dari sisi neraca, total aset IATA meningkat 107,4 persen dari US$99,9 juta pada akhir 2021 menjadi US$207,2 juta hingga November 2022. Total ekuitas pada 11 bulan 2022 juga tercatat positif sebesar US$89,0 juta setelah sempat negatif efek konsolidasi akusisi PT Bhakti Coal Resources (BCR) ke dalam laporan keuangan konsolidasian IATA.

Setelah IATA menyelesaikan proses Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue pada November 2022, akuisisi telah dibayarkan lunas sehingga ekuitas menjadi positif dan PT MNC Asia Holding Tbk (BHIT) resmi mengantongi 44,1 persen saham IATA.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper