Bisnis.com, JAKARTA — Emiten menara portofolio Saratoga PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) mencatat penurunan kinerja selama kuartal I/2023, dengan pendapatan dan laba bersih masing-masing turun 1,44 persen dan 20,05 persen.
TBIG mencetak pendapatan senilai Rp1,61 triliun sepanjang tiga bulan 2023. Pendapatan ini turun 1,44 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1,64 triliun.
Pendapatan TBIG ini dikontribusikan dari pendapatan sewa dari PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) senilai Rp564,5 miliar. Pendapatan dari Telkomsel ini berkontribusi sebesar 34,89 persen ke total pendapatan TBIG.
Selanjutnya dari PT Indosat Tbk. (ISAT) senilai Rp488 miliar yang berkontribusi 30,18 persen, PT XL Axiata Tbk. (EXCL) yang berkontribusi 17,3 persen, dan PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN) sebesar Rp141,5 miliar dengan kontribusi 8,75 persen ke pendapatan.
Sementara itu, pendapatan dari serat optik TBIG adalah sebesar Rp44,97 miliar di kuartal I/2023 ini. Pendapatan ini naik signifikan 508,19 persen dibanding kuartal I/2022 yang sebesar Rp7,39 miliar.
Beban pokok pendapatan TBIG tercatat naik di tengah penurunan pendapatan. Beban pokok ini meningkat 6,20 persen menjadi Rp430,8 miliar, dari Rp405,7 miliar secara tahunan atau year on year (yoy).
Baca Juga
Laba kotor TBIG tercatat turun 3,95 persen dari Rp1,23 triliun di kuartal I/2022, menjadi Rp1,18 triliun di kuartal I/2023.
Dengan penurunan pendapatan dan peningkatan beban pokok tersebut, laba bersih TBIG tergerus 20,05 persen di kuartal I/2023. TBIG mencetak laba bersih Rp332 miliar, turun dari Rp415,2 miliar secara tahunan.
Hingga kuartal I/2023, TBIG mencatatkan penerimaan kas dari pelanggan senilai Rp1,94 triliun, turun dari Rp2,22 triliun secara tahunan. TBIG membukukan kas dan setara kas di akhir periode sebesar Rp585,5 miliar, turun dari Rp719,8 miliar yoy.
Total aset TBIG di tiga bulan pertama 2023 tercatat meningkat menjadi Rp43,2 triliun, dari Rp43,13 triliun di akhir 2022.
Jumlah liabilitas TBIG tercatat turun menjadi Rp30,9 triliun di akhir Maret 2023, dari Rp32,2 triliun di akhir Desember 2022. Hal ini akibat turunnya pos surat utang setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun menjadi Rp16,9 triliun dari Rp18,6 triliun, dan pinjaman jangka panjang setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun menjadi Rp2,3 triliun dari Rp4,16 triliun.
Adapun total ekuitas TBIG bertambah menjadi Rp12,36 triliun di 31 Maret 2023, dari Rp10,9 triliun di 31 Desember 2022. Hal ini akibat bertambahnya saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya menjadi Rp4,89 triliun dan jumlah ekuitas yang diatribusikan ke pemilik entitas induk menjadi Rp11,7 triliun.