Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Nikel Turun, Cek Prospek Saham ANTM, INCO hingga MDKA

Penurunan harga nikel bakal mempengaruhi kinerja emiten sektor tersebut. CGS CIMB memberikan rating overweight dengan HRUM jadi saham pilihan.
Pekerja melakukan proses pemurnian dari nikel menjadi feronikel di fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) Pomalaa milik PT Aneka Tambang (ANTAM) Tbk, di Kolaka, Sulawesi Tenggara, Selasa (8/5/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Pekerja melakukan proses pemurnian dari nikel menjadi feronikel di fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) Pomalaa milik PT Aneka Tambang (ANTAM) Tbk, di Kolaka, Sulawesi Tenggara, Selasa (8/5/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Harga nikel mengalami tren penurunan dalam sebulan belakangan. Analis memberikan rekomendasi overweight untuk sejumlah saham emiten di sektor tersebut.

Mengutip data London Metal Exchange (LME) harga nikel per 26 April 2023 terpantau turun 5,05 persen dari hari sebelumnya ke US$23.341 per ton, dan turun cukup signifikan dari harga puncaknya pada 23 Januari 2023 lalu mencapai US$30.000 per ton. 

Analis CGS CIMB Sekuritas Ryan Winipta dan Nathania Giovanna Adjie mempertahankan peringkat overweight untuk sektor nikel. CGS CIMB mengungkapkan penurunan harga Nickel Pig Iron (NPI) yang terjadi saat ini diakibatkan oleh penurunan permintaan baja nirkarat karena situasi ekonomi makro. Dari penurunan permintaan baja itu, harga baja nirkarat juga turun hingga 8 persen year-to-date  (YTD).

"Selain itu, permintaan end product seperti baterai, stainless steel yang lemah serta persediaan yang tinggi pada pabrik ternary precursors dan stainless steel  juga menjadi penyebab tekanan pada harga nikel," tulis Ryan dan Nathania dalam riset, dikutip Kamis (27/4/2023). 

Di samping itu, harga bijih nikel dari Filipina juga tercatat lebih rendah setelah musim monsun yang membuat biaya produksi NPI di China menurun dan menyebabkan produsennya harus menurunkan harga jualnya. Selain itu, nikel sulfat juga tercatat mengalami penurunan permintaan yang signifikan sejak 23 Maret 2023 lalu.

Pelemahan harga nikel diperkirakan akan berpengaruh terhadap saham sejumlah emiten nikel di Tanah Air. Pasalnya, CGS CIMB mengungkapkan bahwa perubahan pada harga nikel akan memengaruhi earning per share (EPS) dari sejumlah emiten nikel seperti PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Harum Energy Tbk. (HRUM), PT Vale Indonesia Tbk. (INCO), hingga PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).

Untuk PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), CGS CIMB memberikan rekomendasi beli dengan target harga di Rp2.700. Analis memperkirakan ANTM dapat diuntungkan dari kenaikan harga emas pasa kuartal I/2023, yang dapat menyebabkan volume perdagangan emas yang lebih tinggi dan berpotensi meningkatkan trading margin. 

"Namun, harga nikel NPI yang lemah dapat mempengaruhi kinerja keuangan di kuartal II/2023 dan seterusnya," ungkapnya. 

Selanjutnya, PT Harum Energy Tbk. (HRUM) juga mendapat rekomendasi beli dengan target harga di Rp2.280. HRUM dapat diuntuntungan dari penurunan harga thermal coal, yang memiliki dampak lebih besar terhadap proyeksi pendapatan 2023, lantaran 72 persen pendapatan HRUM berasal dari segmen batu bara. 

"Namun, HRUM tetap menjadi saham pilihan utama di sektor ini mengingat eksposurnya terhadap thermal coal yang menurut kami telah mencapai level terendahnya. Katalis re-rating harga nikel yang lebih tinggi dari perkiraan, laporan kinerja keuangan kuartal I/2023 yang lebih baik dari perkiraan, yang akan dirilis pada April-Mei 2023," jelas Analis CGS CIMB.
 
Adapun, risiko yang dihadapi untuk saham HRUM termasuk pemulihan permintaan yang lebih rendah dari perkiraan, dan memburuknya situasi makroekonomi global. 

Kemudian, saham PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) mendapat rekomendasi Hold dengan target harga di Rp6.990. 

"INCO seharusnya tidak terpengaruh oleh penurunan harga NPI dan nickel sulphate, karena harganya selalu berada di 78 persen dari harga LME nickel, berdasarkan perjanjian dengan entitas induknya. Akan tetapi, menurut kami akan ada upside yang terbatas untuk harga LME nickel, sehingga kami menyematkan rating Hold," ujar Ryan. 

Menurut CGS CIMB, perubahan harga NPI sebesar 1 persen juga bisa akan mempengaruhi earning per share (EPS) dari ANTM dan HRUM masing-masing sebesar 1,3 persen dan 1,2 persen. Sedangkan, untuk MDKA diperkirakan bisa mempengaruhi EPS hingga 1,9 persen.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper