Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah ditutup di zona hijau dan menjadi yang paling perkasa di Asia pada akhir perdagangan hari pertama setelah libur Hari Raya Idulfitri 1444 Hijriah, Rabu (26/4/2023).
Mengutip data Bloomberg, pada Rabu (26/4/2023) pukul 15.55 WIB, rupiah terpantau menguat 103 poin atau 0,69 persen ke Rp14.836 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah 0,43 persen ke 101,42.
Rupiah menguat bersama sejumlah mata uang di Asia seperti yen Jepang yang menguat 0,12 persen, dolar Taiwan yang menguat 0,04 persen, yuan China menguat 0,16 persen, dan baht Thailand menguat 0,53 persen.
Analis Monex Investindo Futures (MIFX) mengungkapkan pelemahan dolar AS terjadi seiring dengan serangkaian data pendapatan perusahaan AS yang lemah dan data ekonomi yang memicu kekhawatiran akan potensi resesi tahun ini.
"Dengan pertumbuhan ekonomi yang cenderung memburuk di bawah kenaikan suku bunga, pasar pesimis bahwa the Fed dapat mengurangi sikap hawkish-nya tahun ini untuk mencegah lebih banyak kerusakan," tulisnya dalam riset, Rabu (26/4/2023).
Adapun, sebelumnya Macro Equity Strategist Samuel Sekuritas Indonesia Lionel Priyadi mengatakan masih optimistis dengan kondisi pasar Indonesia. Dari sisi pasar obligasi global bergerak positif dalam sepekan terakhir yang ditandai dengan penurunan imbal hasil atau yield US Treasury 10 tahun sebesar 18 bps menjadi 3,4 persen.
Baca Juga
Mempertimbangkan hal ini, Samuel Sekuritas Indonesia memprediksi yield Indonesia Government Bond (INDOGB) 10 tahun akan menguat ke rentang 6,45-6,55 persen hari ini..
Sebelumnya, Samuel Sekuritas memprediksi rupiah hari ini akan bergerak stabil dalam rentang Rp14.850-Rp14.950 per dolar AS karena stabilitas indeks dolar di rentang 101,75-101,95 selama sepekan terakhir.
Di dalam negeri, Bank Indonesia yakin inflasi akan kembali ke rentang 3 persen plus minus 1 persen pada Agustus 2023. Prediksi inflasi BI bulan ini lebih optimistis dari proyeksi BI pada bulan sebelumnya, yang memperkirakan inflasi baru akan kembali ke rentang 3 persen plus minus 1 persen pada September 2023.
"Menurut pandangan kami, hal ini bisa saja terjadi dengan syarat inflasi bulanan Lebaran tidak melebihi 0,8 persen month-to-month. Dengan mempertimbangkan kondisi ini, kami memperkirakan BI berpotensi memangkas suku bunga acuan 7DRRR sebesar maksimal 125 bps menjadi 4,5 persen pada semester kedua 2023," ungkapnya.