Bisnis.com, JAKARTA - Bursa saham Asia mengawali pekan ini dengan penuh kewaspadaan terhadap data ekonomi dan pertemuan bank sentral, serta laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan teknologi yang telah membuat S&P 500 di Wall Street, Amerika Serikat bertahan di zona hijau.
Perdagangan pada Senin (24/4/2023), saham-saham di Asia terpantau lesu setelah survei aktivitas bisnis yang sangat kuat pada Jumat (21/4/2023), memperkuat argumen untuk kenaikan suku bunga bank sentral. Adapun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih tutup untuk pekan liburan Lebaran 2023.
Dilansir dari Reuters pada Senin (24/4/2023), Indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,1 persen, sementara Nikkei Jepang naik 0,2 persen.
Indeks S&P 500 berjangka dan Nasdaq berjangka keduanya turun 0,2 persen menjelang minggu yang sibuk dengan laporan keuangan.
Apple Inc. dan Microsoft Corp, sendiri telah menyumbang hampir setengah dari kenaikan S&P 500 hingga Maret, sehingga ada banyak hal yang mempengaruhi prospek mereka.
"Kami percaya bahwa Microsoft, Amazon, dan Google akan memberikan hasil bisnis cloud yang memenuhi dan kemungkinan besar melebihi ekspektasi analis untuk kuartal I/2023 pada minggu ini meskipun ada kebisingan baru-baru ini di pasar," kata analis di Wedbush Securities.
Baca Juga
Para analis percaya narasi utama dari musim pendapatan teknologi adalah perlombaan senjata artificial intelligence (AI) dan setiap pemain Big Tech memperbarui investor tentang ambisi atau strategi monetisasi AI mereka sendiri, saat Redmond bertempur melawan Google dan perusahaan teknologi lainnya untuk memenangkan pasar AI.
Adapun, Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat (AS) minggu ini dapat memberikan suara pada rencana Partai Republik untuk menaikkan pagu utang sebagai imbalan atas pemotongan pengeluaran.
Penerimaan pajak yang lemah berarti pemerintah dapat kehabisan uang lebih awal dari yang diharapkan, dan risiko gagal bayar telah menyebabkan kenaikan dalam credit default swap AS.
Angka-angka mengenai upah dan pertumbuhan ekonomi AS yang akan dirilis minggu ini kemungkinan akan memperkuat alasan untuk pengetatan moneter Federal Reserve lebih lanjut.
Sistem pelacak GDP Now yang berpengaruh dari Fed Atlanta menunjukkan ekonomi AS tumbuh 2,5 persen secara tahunan pada kuartal pertama 2023, hanya sedikit lebih lambat dari kuartal sebelumnya.