Bisnis.com, JAKARTA - Dolar AS terus mendidih, setelah rilis data ekonomi AS dan lebih banyak investor berpikir Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Mei.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, terangkat 0,48 persen menjadi 102,1082 pada akhir perdagangan Senin pagi, (17/4/2023).
Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi 1,0926 dolar AS dari 1,0999 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,2373 dolar AS dari 1,2414 dolar AS pada sesi sebelumnya.
Dolar AS dibeli 134,3900 yen Jepang, lebih tinggi dari 133,79 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS naik menjadi 0,8988 franc Swiss dari 0,8939 franc Swiss, dan naik menjadi 1,3397 dolar Kanada dari 1,3360 dolar Kanada. Dolar AS meningkat menjadi 10,3568 krona Swedia dari 10,3245 krona Swedia.
Federal Reserve New York melaporkan pada Senin (17/4/2023) bahwa indeks manufaktur negara bagian itu adalah 10,8 pada April, naik dari -24,6 pada Maret, yang menunjukkan kenaikan bulanan terbesar dalam setahun. Para ekonom memperkirakan pembacaan -18,3.
National Association of Home Builders (NAHB) melaporkan Senin (17/4/2023) bahwa indeks pasar perumahan mencapai 45 pada April, naik dari 44 pada Maret. Ini sejalan dengan ekspektasi para ekonom.
Baca Juga
Imbal hasil obligasi pemerintah AS terus meningkat pada Senin (17/4/2023), dengan suku bunga surat utang negara dua tahun bergerak menuju 4,2 persen dan suku bunga obligasi 10-tahun bergerak menuju 3,6 persen.
The Fed memiliki probabilitas hampir 90 persen untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada awal Mei, naik dari probabilitas 78 persen Jumat lalu (14/4/2023), menurut data dari CME FedWatch Tool pada Senin (17/4/2023) sore.
"Ada tarik menarik antara mereka yang merasa optimis bahwa Fed akan segera mengakhiri program pengetatan suku bunga karena pelemahan yang kita lihat dalam perekonomian dengan mereka yang percaya bahwa Fed akan dipaksa untuk menaikkan suku bunga lebih lama karena ekonomi tidak dalam arti menyerah," Sam Stovall, kepala strategi investasi di CFRA Research, mengatakan pada Senin (17/4/2023) dikutip dari Antara.