Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas hari ini tergelincir selama dua hari berturut-turut akibat indeks dolar AS yang menguat.
Komentar hawkish pejabat Federal Reserve tentang kenaikan suku bunga memicu aksi ambil untung pada logam mulia itu. Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman pada bulan Juni di Divisi Comex New York Exchange, jatuh 0,44 persen menjadi ditutup pada US$2.007,00 setelah menyentuh level tertinggi sesi di US$2.028,00 dan terendah sesi di US$1.993,40.
Adapun penguatan dolar AS terjadi setelah Gubernur Federal Reserve Christopher Waller menyerukan pengetatan moneter lebih lanjut. Bahkan, ketika data terbaru menunjukkan bahwa inflasi AS mundur dengan mantap dari tertinggi 40 tahun yang dicapai tahun lalu.
Dolar AS juga terangkat pada hari Senin (17/4) setelah data aktivitas pabrik negara bagian New York pada bulan April meningkat untuk pertama kalinya dalam 5 bulan, membantu meningkatkan ekspektasi Federal Reserve akan tetap menaikkan suku bunga pada bulan Mei.
Dalam sebuah diskusi audiensi di Richmond Association for Business Economics pada hari Senin, Presiden Fed Richmond Tom Barkin ingin melihat lebih banyak bukti bahwa inflasi AS kembali ke target Federal Reserve 2,0 persen. Dia diyakinkan oleh stabilitas di sektor perbankan.
Data ekonomi yang dirilis pada hari Senin (17/4) beragam. Indeks kondisi bisnis Empire State Fed New York, ukuran aktivitas manufaktur di negara bagian itu, melonjak 35,4 poin menjadi 10,8 pada April. Para ekonom memperkirakan pembacaan negatif 15.
Baca Juga
National Association of Home Builders/Wells Fargo Housing Market Index (HMI) naik satu poin menjadi 45 pada bulan April. Pengembang perumahan tetap optimistis dengan hati-hati bahwa kurangnya persediaan yang ada akan mendorong permintaan rumah baru meskipun suku bunga dan biaya konstruksi tinggi.
Namun, dalam sebuah catatan, kata analis di Citi, sementara rekor tertinggi baru tetap menjadi rintangan utama emas, harga logam kuning itu cenderung "merangkak lebih tinggi".