Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Bisnis-27 ditutup melemah 0,85 persen ke 596,01 pada perdagangan Senin (17/4/2023). Pergerakan indeks sejalan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ditutup melemah 0,45 persen ke level 6.787,58.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks hasil kerja sama dengan harian Bisnis Indonesia ini turun 5,09 poin. Indeks bergerak di level terendah 593,39 dan tertinggi 602,14.
Dari 27 konstituen, hanya terdapat 11 saham yang ditutup di zona hijau, 1 saham stagnan dan 15 saham lainnya parkir di zona merah.
PT Surya Esa Perkasa Tbk. (ESSA) menjadi penghuni indeks Bisnis-27 yang ditutup dengan penurunan terdalam. Saham ESSA parkir di Rp705 atau turun 6,00 persen dari posisi perdagangan sebelumnya.
Penurunan selanjutnya juga dialami oleh PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) yang melemah 3,47 persen ke Rp4.170. ADRO dan BMRI menyusul masing-masing dengan koreksi sebesar 2,05 persen dan 1,91 persen.
Di sisi lain, saham PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) menjadi penghuni indeks dengan kenaikan tertinggi dengan penguatan sebesar 1,11 persen ke Rp4.540. Selanjutnya PGAS naik 1,08 persen ke Rp1.405 dan UNTR naik 0,91 persen.
Baca Juga
Saham-saham lain yang menguat adalah MIKA sebesar 0,72 persen, INKP sebesar 0,67 persen, dan BBNI sebesar 0,53 persen. Adapun saham yang stagnan adalah CTRA di level Rp1.005.
Di tengah pelemahan Indeks Bisnis-27, IHSG ditutup terkoreksi 0,45 persen ke 6.787,58. Penurunan IHSG terutama dipicu oleh pelemahan indeks keuangan sebesar 0,67 persen, indeks sektor transportasi sebesar 0,69 persen, dan sektor energi serta teknologi kompak turun masing-masing sebesar 0,44 persen. Indeks sektor kesehatan terpantau menjadi satu-satunya yang ditutup menguat sebesar 0,31 persen.
Pilarmas Investindo Sekuritas dalam riset tengah hari menyebutkan IHSG bergerak di zona merah ketika bursa regional Asia bergerak mixed di tengah prospek kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Sementara itu People's Bank of China (PBOC) mempertahankan suku bunga pada level 2,75 persen sebagai upaya untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi China. Di tengah kebijakan tersebut, pasar juga menanti laporan pertumbuhan ekonomi kuartal I/2023 China.
Dari dalam negeri, neraca perdagangan Maret masih membukukan surplus meskipun terdapat perlambatan daripada Februari 2023. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan pada Maret 2023 mencapai US$2,91 miliar lebih rendah dibandingkan Februari 2023 yang mencapai US$5,48 miliar.
“Di sisi lain pasar juga menanti hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI April 2023 dan arah kebijakan moneter sehubungan dengan suku bunga acuannya. Pasar berharap bank sentral terus menjadi stabilitas dan sistem keuangan, di tengah perkiraan inflasi dan upaya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi,” tulis Pilarmas.