Bisnis.com, JAKARTA — Kerugian emiten petrokimia milik Prajogo Pangestu PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) menembus Rp2,33 triliun sepanjang 2022. Tantangan permintaan dan pasokan di tengah gejolak geopolitik global membuat pendapatan TPIA terkoreksi dan beban memperlihatkan kenaikan.
TPIA membukukan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$149,53 juta pada 2022 atau sekitar Rp2,33 triliun (kurs JISDOR Bank Indonesia 30 Desember 2022 Rp15.592). Posisi bottom line itu kontras dengan performa pada 2021 ketika Chandra Asri membukukan laba bersih sebesar US$151,98 juta atau sekitar Rp2,17 triliun (kurs JISDOR Bank Indonesia 31 Desember 2021 Rp14.278 per dolar AS).
“2022 adalah tahun yang sangat menantang bagi industri petrokimia. Lingkungan ekonomi makro global dan arus perdagangan dipengaruhi oleh gangguan pasokan dan permintaan yang belum pernah diperkirakan sebelumnya, mengingat lockdown yang berkepanjangan di China, lingkungan inflasi dengan suku bunga yang meningkat pesat, dan perang Rusia-Ukraina yang sedang berlangsung. Harga minyak yang tinggi, dan permintaan produk yang rendah, menyebabkan margin petrokimia tergerus,” kata Direktur Chandra Asri Petrochemical Suryandi dalam siaran pers yang dikutip Sabtu (1/4/2023).
TPIA membukukan pendapatan bersih sebesar US$2,38 miliar pada 2022, turun 7,6 persen dibandingkan dengan 2021 yang mencapai US$2,58 miliar. Manajemen menjelaskan penurunan pendapatan dipengaruhi oleh gangguan pasokan dan permintaan eksternal yang menyebabkan volume penjualan terkoreksi secara keseluruhan pada 2022.
Di sisi lain, beban pokok pendapatan meningkat sebesar 7,6 persen year-on-year (YoY) menjadi US$2,39 miliar pada 2022 dibandingkan dengan US$2,23 miliar pada 2021. Kenaikan ini disebabkan oleh lebih tingginya rata-rata harga bahan baku 2022.
Naphtha menyentuh angka US$814 per ton untuk dibandingkan dengan rata-rata 2021 di level US$659 per ton. Hal ini dipicu oleh kenaikan harga minyak mentah Brent sebesar 40 persen selama 2022 menjadi rata-rata US$99 per bbl dibandingkan dengan rata-rata US$71 per bbl pada 2021.
Baca Juga
“Untuk mengatasi volatilitas yang sedang berlangsung, kami terus mempertahankan kebijakan keuangan dengan prinsip kehati-hatian, serta mempertahankan posisi neraca yang kuat, dengan liquidity pool sebesar US$2,67 miliar terdiri dari kas dan setara kas US$1,40 miliar, surat berharga senilai US$876,4 juta, dan fasilitas committed revolving credit yang masih tersedia untuk dapat digunakan sebesar US$393,5 juta,” lanjut Suryandi.
TPIA membukukan Total Aset sebesar US$4,92 miliar per 31 Desember 2022, turun 1,3 persen dari US$4,99 miliar per 31 Desember 2021. Sementara itu, total liabilitas meningkat menjadi US$2,12 miliar pada akhir 2022 dibandingkan US$2,06 miliar pada 31 Desember 2021.
Adapun arus kas bersih dari aktivitas investasi mencapai US$291 juta, turun daripada 2021 sebesar US$695,8 juta. TPIA memiliki pengeluaran belanja modal yang lebih tinggi selama 2022, yaitu di level US$114,2 juta, sebagian besar bersumber dari proses Front End Engineering Design CAP2 serta perawatan pabrik Butadiene, Polypropylene, dan Styrene Monomer.