Bisnis.com, JAKARTA - Emiten menara PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) membukukan pertumbuhan kinerja single digit sepanjang 2022 dengan total pendapatan Rp6,52 triliun, dan laba bersih Rp1,63 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan, Jumat (31/3/2022), pendapatan Tower Bersama meningkat 5,58 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy) menjadi Rp6,52 triliun pada akhir 2022. Pada periode sama 2021, emiten berkode saham TBIG ini membukukan pendapatan Rp6,17 triliun.
Pendapatan TBIG ini ditopang oleh sewa menara dari sejumlah operator seperti PT Indosat Tbk. (ISAT) sebesar Rp2,19 triliun. Kemudian, dari PT Telkomunikasi Selular atau Telkomsel sebesar Rp2,28 triliun. Selanjutnya, PT XL Axiata Tbk. (EXCL) sebesar Rp1,06 triliun, PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN) senilai Rp521,26 miliar, PT Smart Telecom Rp381,45 miliar, dan PT Hutchison 3 Indonesia senilai Rp7,52 miliar.
Selain pendapatan, laba kotor perseroan juga naik tipis menjadi Rp4,74 triliun sepanjang 2022, dari Rp4,70 triliun pada. Laba kotor ini meningkat 0,74 persen secara tahunan.
Dengan kinerja pendapatan tersebut, laba bersih yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk perseroan juga terdongkrak 5,74 persen menjadi Rp1,63 triliun pada 2022, dari Rp1,54 triliun pada 2021
Adapun pada akhir 2022, jumlah aset perseroan tercatat meningkat menjadi Rp43,13 triliun, dari Rp41,8 triliun dari akhir 2021. Jumlah liabilitas TBIG turut naik menjadi Rp32,21 triliun, dari posisi sebelumnya Rp32,08 triliun
Baca Juga
Sementara itu, total ekuitas perseroan meningkat dari Rp9,78 triliun pada 31 Desember 2021, menjadi Rp10,92 triliun pada 31 Desember 2022.
Per 31 Desember 2022, TBIG memiliki 40.884 penyewaan dan 21.870 site telekomunikasi. Site telekomunikasi milik TBIG terdiri dari 21.758 menara telekomunikasi dan 112 jaringan DAS. Dengan angka total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 40.772, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) perseroan menjadi 1,87.
CEO TBIG Hardi Wijaya Liong mengatakan sepanjang 2022, perseroan menambahkan 2.361 penyewaan kotor yang terdiri dari 1.398 sites telekomunikasi dan 963 kolokasi ke portofolio perseroan.
"Penambahan penyewaan bersih dari TBIG lebih rendah terutama karena penghentian sewa dari Sampoerna Telecom di awal tahun dan pada semester kedua 2022, beberapa penyewaan yang tidak diperpanjang oleh IOH.,” jelasnya, Jumat (31/3/2023).