Bisnis.com, JAKARTA — Manajemen PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA) menyebut peningkatan laba hingga 93,13 persen sepanjang 2022 ditopang oleh unit bisnis properti investasi atau recurring income.
Corporate Secretary SMRA Jemmy Kusnadi mengatakan pertumbuhan laba perseroan meningkat berkat adanya peningkatan dari bisnis properti investasi sebesar Rp562,9 miliar atau naik 61,64 persen. Adapun properti investasi mencapai Rp1,48 triliun atau naik dari Rp917,71 miliar.
Properti investasi merupakan sebuah unit properti yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan sewa atau untuk meningkatkan nilai aset atau keduanya. Oleh karena itu, properti investasi juga dapat diartikan sebagai recurring income atau pendapatan berulang.
“[Naiknya pendapatan] terutama kontribusi dari bisnis mal, retail, dan hotel yang telah berangsur pulih sejak pelonggaran PPKM,” ujar Jemmy kepada Bisnis, Selasa (28/3/2023).
Lebih lanjut, dia mengatakan biaya keuangan SMRA juga mengalami penurunan sebesar Rp145 miliar karena adanya pelunasan pokok utang sehingga jumlah utang mengalami penurunan.
Adapun biaya keuangan SMRA mencapai Rp875,1 miliar atau surut dari Rp1 triliun. Dalam biaya keuangan juga terdapat beban bunga untuk utang bank, obligasi, dan lembaga pembiayaan.
Baca Juga
Rinciannya, utang bank SMRA mencapai Rp301,64 miliar atau surut 36,66 persen, utang obligasi sebesar Rp72,23 miliar atau turun 31,81 persen, dan utang lembaga pembiayaan sebesar Rp216,3 juta atau turun 39,13 persen.
“Biaya keuangan juga mengalami penurunan sebesar Rp145 miliar di 2022. Hal ini dikarenakan adanya pelunasan pokok utang sehingga jumlah utang mengalami penurunan,” jelasnya.
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2022, dikutip Jumat (24/3/2023), SMRA mencatatkan pendapatan bersih senilai Rp5,71 triliun sepanjang 2022. Pendapatan ini naik 2,72 persen dari Rp5,56 triliun pada 2021.
Rinciannya, pendapatan SMRA dari pengembang properti sebesar Rp3,52 triliun atau turun 14,92 persen, properti investasi sebesar Rp1,48 triliun atau naik 61,34 persen, dan pendapatan lain-lain sebesar Rp709,82 miliar atau naik 41,38 persen.
Adapun dari pengembang properti, pendapatan dari pihak ketiga untuk segmen rumah tercatat menurun 35,7 persen menjadi Rp1,74 triliun. Kemudian segmen apartemen menurun 43,32 persen menjadi Rp405,62 miliar, dan perkantoran menurun 33,51 persen menjadi Rp19,89 miliar.
Sementara dari properti investasi, pendapatan dari pihak ketiga untuk segmen mal dan retail tercatat meningkat 67 persen menjadi Rp1,35 triliun.
SMRA mencatatkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp626,37 miliar. Laba bersih ini meningkat 93,19 persen dibandingkan periode yamg sama 2021 sebesar Rp323,7 miliar.