Bisnis.com, JAKARTA — PT Bursa Efek Indonesia (BEI) memastikan bakal ada perusahaan jumbo dari grup konglomerasi yang akan menggelar penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) pada semester II/2025.
Hal ini dikonfirmasi langsung oleh Direktur Utama BEI, Iman Rachman. Kendati demikian, dia belum menjelaskan lebih lanjut terkait identitas perusahaan yang dimaksud karena informasi tersebut masih bersifat privat.
“Ada [IPO dari grup konglomerasi] satu atau dua perusahaan,” ujar Iman saat ditemui awak media di Gedung BEI, Jakarta, Senin (28/7/2025).
BEI sebelumnya melaporkan terdapat lima perusahaan dalam pipeline pencatatan saham. Dari jumlah tersebut, empat di antaranya masuk dalam kualifikasi aset skala besar dengan nilai di atas Rp250 miliar.
Sementara itu, dalam unggahan Kiwoom Sekuritas, sejumlah perusahaan dirumorkan tengah bersiap melantai di BEI. Beberapa nama yang mencuat berasal dari sektor perbankan, properti, energi, hingga video on demand.
Dari sektor properti, muncul nama PT Griya Idola, anak usaha dari PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) yang terafiliasi konglomerat Prajogo Pangestu. Perusahaan ini memiliki lahan seluas 1.200 hektare di Subang dan proyek pengembangan kawasan hunian di Tangerang.
Baca Juga
Namun demikian, Corporate Communication Group Barito Pacific, Angelin Sumendap, menjelaskan bahwa Griya Idola belum memiliki rencana IPO dan masih fokus pada strategi pengembangan bisnis.
Selain Griya Idola, rumor juga menyebutkan bahwa perusahaan tambang emas di bawah naungan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) tengah bersiap melakukan IPO.
“Sampai dengan saat ini untuk kedua perusahaan tersebut masih belum ada rencana untuk IPO,” kata Angelin pada pertengahan Juli 2025.
Di sisi lain, PT Summarecon Investment Property, anak usaha PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA), juga dirumorkan mempertimbangkan IPO. Isu ini bukan hal baru, mengingat dalam laporan keuangan SMRA per Juni 2024, tercatat pengeluaran sebesar Rp11,13 miliar untuk biaya IPO entitas anak.
Dari sektor energi, dua anak usaha PT Pertamina (Persero) yakni PT Pertamina Hulu Energi (PHE) dan PT Pertamina International Shipping (PIS) juga masuk radar IPO.
Hingga akhir 2024, PHE mencetak laba bersih sebesar US$3,12 miliar atau tumbuh 14,51% secara tahunan. Adapun PIS membukukan laba sebesar US$558,60 juta, tumbuh 69,31% year on year (YoY).
Pada Oktober 2024, Iman menyampaikan bahwa otoritas bursa sempat merencanakan pemberian relaksasi ketentuan free float kepada PHE karena skala emisinya yang besar.
“Kami memberikan relaksasi buat PHE untuk [free float] lebih kecil dari 10% kalau kita tahu size-nya besar. Saya rasa itu juga lagi kami lakukan dan sekarang sedang melihat berapa free float yang pas,” ucap Iman.
Sementara itu, dari sektor perbankan, rumor IPO mengarah ke BLU BCA Digital yang mayoritas sahamnya (99,96%) dimiliki PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), serta Bank Jakarta yang 99,98% sahamnya dikuasai oleh Pemprov DKI Jakarta.
Sebelumnya, Direktur Utama Bank Jakarta Agus H. Widodo menyebut pihaknya sedang mempersiapkan proses IPO secara internal. Namun, waktu pelaksanaan masih akan bergantung pada kondisi pasar.
“Mungkin awal-awal tahun depan [2026], tapi saya tidak bisa menjanjikan. Pokoknya kalau situasi pasar mendukung, kami siap,” katanya kepada Bisnis di sela peluncuran rebranding Bank Jakarta, Minggu (22/6/2025).
Dari sektor media digital, PT Vidio Dot Com, anak usaha PT Surya Citra Media Tbk. (SCMA), dinilai sebagai calon emiten potensial berkat basis pengguna yang kuat di pasar video streaming lokal.
Berdasarkan laporan Media Partners Asia (MPA) Asia Pacific Video & Broadband Industry 2024, jumlah pelanggan Vidio mencapai 4 juta orang hingga akhir 2023.
Tak ketinggalan, perusahaan ritel dan FMCG PT Orang Tua Group juga masuk radar IPO. Produsen Tango dan Teh Gelas ini mengungkapkan bahwa rencana penawaran umum perdana saham masih dalam tahap persiapan.
“Rencana go public pun masih dalam tahap persiapan dengan waktu yang belum dapat kami pastikan,” ujar Head of Corporate and Marketing Communication Orang Tua Group, Harianus Zebua, pada pertengahan Mei 2025.
________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.