Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SBN Diprediksi Kebanjiran Arus Modal Asing usai The Fed Kerek Suku Bunga

Arus modal asing akan masuk signifikan ke pasar obligasi pemerintah atau SBN usai keputusan The Fed mengerek suku bunga dan ekspektasi pasar ke depan.
Arus modal asing akan masuk signifikan ke pasar obligasi pemerintah atau SBN usai keputusan The Fed mengerek suku bunga dan ekspektasi pasar ke depan.
Arus modal asing akan masuk signifikan ke pasar obligasi pemerintah atau SBN usai keputusan The Fed mengerek suku bunga dan ekspektasi pasar ke depan.

Bisnis.com, JAKARTA – Yield Surat Berharga Negara (SBN) dan mata uang rupiah diprediksi akan menguat seiring dengan arus modal asing yang masuk secara signifikan usai keputusan The Fed mengerek suku bunga dan ekspektasi pasar ke depan. 

Senior Economist Mirae Asset Sekuritas Rully Wisnubroto menjelaskan Bank Indonesia akan memperhatikan selisih antara yield dari UST 2 tahun dengan SBN tenor 2 tahun ditambah dengan sentimen adanya sinyal kuat bahwa The Fed akan berhenti menaikkan suku bunga di bulan Mei mendatang. 

“Ekspektasi itu mendorong turunnya yield UST tenor 2 tahun secara signifikan, begitu pula UST 10 tahun, sehingga selisih spreadnya melebar,” katanya saat dihubungi Bisnis, Kamis (23/3/2023). 

Kondisi ini, kata Rully, akan berdampak kepada arus modal asing masuk secara signifikan, yang akan berdampak kepada penguatan nilai tukar Rupiah dan penurunan yield SBN. 

Berdasarkan data Penilai Harga Efek Indonesia, SBN tenor 10 tahun terpantau turun 0,019 persen ke posisi 6,883 persen di harga 100.817. Sementara itu yield SBN tenor 2 tahun berada di level 6,37 persen. 

Sementara itu, posisi mata uang rupiah per 21 Maret 2023, terpantau menguat 0,10 persen ke level Rp15.345 di hadapan dolar AS. Pasar keuangan Indonesia masih dalam masa libur perayaan Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1945. 

Kemudian, Rully menyebutkan bahwa SBN tenor pendek akan lebih menarik untuk jangka pendek dan menengah. 

“Karena lebih rate sensitif, akan turun karena siklus pengetatan moneter di Indonesia sudah selesai pada bulan Januari lalu, sementara di AS akan berhenti di bulan Mei mendatang,” jelasnya. 

Sebelumnya The Fed kembali menaikkan target suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) atau 0,25 persen ke kisaran 4,75 persen - 5 persen, atau level tertinggi sejak Oktober 2007. 

Dalam pernyataan resmi setelah menggelar pertemuan (FOMC) 21-22 Maret 2023, The Fed mengatakan inflasi tetap tinggi dan bank sentral tetap sangat memperhatikan risiko inflasi. Di sisi lain masalah perbankan dapat menyebabkan kondisi kredit mengetat dan membebani pertumbuhan ekonomi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper