Bisnis.com, JAKARTA – Para ekonom dan analis kompak memperkirakan Bank Sentral Amerika Serikat Federal Reserve (The Fed) akan mengambil langkah kenaikan suku bunga 25 basis poin pada pertemuan 21-22 Maret 2023. Sikap The Fed ini mempengaruhi minat investor terhadap obligasi pemerintah khususnya Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun.
Research and Consulting Infovesta Utama Nicodemus Anggi menilai Federal Funds Rate (FFR) akan dinaikkan sesuai konsensus sebesar 25 bps. Meski demikian, menurut Nico yang saat ini lebih penting adalah pernyataan terbaru The Fed terhadap langkah mereka ke depan.
“Apakah akan berbalik dovish sesuai ekspektasi banyak pelaku pasar untuk mengamankan sistem keuangan AS, atau tetap bersikeras menaikkan suku bunga untuk melawan inflasi,” kata Nicodemus saat dihubungi Bisnis, Senin (20/3/2023).
Sejauh ini, lanjut Nicodemus, dari data historis yang ada, pelaku pasar memprediksi The Fed akan melonggarkan kebijakan suku bunganya.
Sejalan dengan pendapat itu, Ekonom Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto juga mengatakan The Fed masih akan tetap menaikkan suku bunga, tidak terlalu agresif dari yang diperkirakan sebelumnya yaitu sebesar 25 bps, dengan signal yang lebih dovish untuk arah suku bunga ke depan.
Ekspektasi naiknya suku bunga sebesar 25 bps ini diperkirakan akan meningkatkan minat investor terhadap Surat Berharga Negara (SBN) khususnya SUN tenor 10 tahun.
Baca Juga
Nicodemus memaparkan bahwa saat ini investor masih menunggu hingga rilis The Fed Kamis dini hari nanti. Jika memang sesuai dengan prediksi 25 bps, maka minat investor akan semakin tinggi untuk mengoleksi obligasi Indonesia.
Prediksi Imbal Hasil SUN
Nicodemus memprediksi obligasi tahun ini akan mencatatkan kinerja yang lebih baik dibanding tahun 2022 karena ekspektasi yang semakin meningkat dari puncaknya suku bunga The Fed pada semester I/2023 yang akan dilanjutkan dengan penurunan suku bunga pada semester II/2023.
“Kisaran yield SUN tenor 10 tahun diprediksi dapat bergerak di antara rentang 6,6 persen hingga 6,8 persen,” jelasnya.
Jika merujuk data Bloomberg, imbal hasil SUN tenor 10 tahun saat ini berada di posisi 6,89 persen di harga 100,75.
Rully menyebutkan penurunan suku bunga akan mendorong prospek pergerakan SBN ke depan, karena dampaknya akan positif, masih cukup terbuka ruang penurunan yield SBN, apalagi pekan lalu cukup deras investor asing masuk ke SBN.
“Memang secara tidak langsung imbas bangkrutnya langsung ke SBN, namun melalui pergerakan yield dari UST terlebih dahulu (2Y dan 10Y), berpengaruh kepada yield dari SBN,” kata Rully.
Presiden dan CEO Pinnacle Persada Investama Guntur Putra mengatakan bahwa dalam jangka pendek tentunya akan ada volatilitas di pasar obligasi Indonesia, di trend kenaikan tingkat suku bunga yangg masih berlanjut, secara keseluruhan harga obligasi dapat mengalami penurunan atau terkoreksi.
“Probabilitas cukup tinggi untuk The Fed menaikan tingkat suku bunga sebesar 25 bps sekalpun terjadi krisis perbankan di AS dengan kolapsnya 3 bank dalam dua pekan terakhir,” jelas Guntur kepada Bisnis, Senin (20/3/2023).