Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rugi GOTO Bengkak Jadi Rp40,5 Triliun, Simak Prospeknya Tahun Ini

Analis menilai GOTO perlu tetap waspada dalam menjaga daya saingnya.
Warga berbelanja secara daring menggunakan e-commerce Tokopedia di Jakarta, Minggu (17/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Warga berbelanja secara daring menggunakan e-commerce Tokopedia di Jakarta, Minggu (17/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) optimistis bisa mencapai target adjusted EBITDA positif pada kuartal IV/2023, meski terdapat pembengkakan rugi bersih sepanjang 2022.

GOTO melaporkan lonjakan rugi bersih sebesar 56 persen secara tahunan (year-on-year/YoY) hingga akhir 2022. Kerugian yang dibukukan GOTO sampai pengujung tahun lalu menembus Rp40,5 triliun, jauh meningkat daripada realisasi 2021 sebesar Rp25,9 triliun. Mayoritas kenaikan rugi disumbang oleh penurunan nilai goodwill atau goodwill impairment sebesar Rp11 triliun seiring dengan merger yang dilakukan Gojek dan Tokopedia.

Dari sisi top line, pendapatan bersih GOTO tercatat naik 120 persen YoY dari Rp5,2 triliun pada 2021 menjadi Rp11,3 triliun pada 2022. Mereka juga melaporkan kenaikan gross value transaction (GTV) di seluruh lini bisnis yang mencakup on-demand services, e-commerce, dan financial technology.

Meski demikian, Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani berpandangan kinerja GOTO pada 2023 masih dibayangi oleh suku bunga tinggi. Hal ini juga menjadi batu sandungan untuk mencapai profitabilitas pada akhir 2023.

“Risiko kenaikan suku bunga masih ada di semester I/2023 dan mungkin baru akan turun pada paruh kedua. Kondisi suku bunga tinggi berdampak negatif pada emiten teknologi yang mengandalkan utang untuk research and development,” kata Arjun, Senin (20/3/2023).

Berdasarkan data per September 2022, Arjun mencatat utang dan biaya bunga GOTO konsisten naik dengan debt to equity ratio (DER) hampir dua kali. Dia menilai beban utang GOTO dan biaya modal yang tinggi masih menjadi tantangan bagi GOTO untuk mencapai target.

“Sekalipun mereka memutuskan mengurangi insentif, tentunya akan berdampak ke konsumen karena ada kompetitor. GOTO perlu tetap waspada dalam menjaga daya saingnya,” kata dia.

Arjun belum merekomendasikan beli untuk GOTO dalam jangka pendek karena ketiadaan katalis positif. Di sisi lain, proses efisiensi yang ditempuh belum memperlihatkan hasil yang signifikan.

Direktur Keuangan GOTO Jacky Lo mengatakan bahwa Gojek Tokopedia berada di jalur yang tepat untuk mencapai adjusted EBITDA positif pada kuartal IV/2023. Target itu akan didorong dengan perkiraan pengurangan cash burn tahunan sebesar 60–65 persen pada 2023.

Upaya penghematan sendiri telah dilakukan GOTO sejak 2022. Hal ini tecermin pada penurunan beban operasional tetap (fixed operating expense) rata-rata bulanan sebesar 20 persen pada Januari—Februari 2023, dibandingkan dengan kuartal keempat 2022, dan menghasilkan penghematan biaya bulanan senilai sekitar Rp200 miliar.

Selain itu, insentif dan pemasaran produk pada kuartal IV/2022 berkurang 34 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sehingga menjadi Rp2,8 triliun.

Meski mengurangi pemberian insentif, grup GoTo mencatatkan pertumbuhan positif pada rata-rata transaksi konsumen di kuartal IV/2022. Rata-rata transaksi di periode ini mencapai Rp9,6 juta per konsumen atau naik 24 persen daripada kuartal IV/2021.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper