Bisnis.com, JAKARTA — PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) terus menggenjot upaya penerapan prinsip environmental, social, and governance (ESG) dalam bisnisnya, seiring dengan langkah Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk mengembangkan pasar modal menuju ekosistem yang mengadopsi dan memanfaatkan praktik-praktik berkelanjutan.
International Finance Corporation (IFC) memperkirakan terdapat lebih dari US$23 triliun peluang investasi pada sektor hijau dan terkait iklim serta aktivitas yang dapat membantu mencapai tujuan nasional yang selaras dengan Perjanjian Paris. Sekaligus mempercepat transisi global menuju ekonomi rendah karbon.
Direktur dan Corporate Secretary Unilever Indonesia Nurdiana Darus mengemukakan bahwa keberlanjutan merupakan bagian penting dari strategi Unilever, baik secara global maupun di Indonesia. UNVR sendiri merupakan salah satu penghuni Indeks IDX ESG Leaders.
“Selain itu, kami juga melihat tren kepedulian konsumen pada keberlanjutan terus meningkat,” kata Nurdiana dalam keterangan tertulis kepada Bisnis, Jumat (17/3/2023).
Nuridana mengatakan terdapat tiga pilar yang menopang strategi global Unilever dalam aspek keberlanjutan, The Unilever Compass. Strategi ini menjadi acuan dalam memenangkan kompetisi merek-merek Unilever.
“Pilar itu mencakup meningkatkan kesehatan planet; meningkatkan kesehatan, rasa percaya diri, dan kesejahteraan masyarakat; dan berkontribusi mewujudkan dunia yang lebih adil dan masyarakat yang inklusif,” paparnya.
Baca Juga
Komitmen ini dia sebut diterapkan Unilever Indonesia dari hulu ke hilir dan melibatkan semua bagian dari bisnis dan ekosistem Unilever Indonesia.
Sebagai upaya evaluasi dan perbaikan, UNVR juga memperhatikan capaian dalam berbagai standar penilaian. Pada 2022 Unilever Indonesia mendapatkan rating A dari sebuah Lembaga independen yang kredibel, Morgan Stanley Capital International (MSCI).
Ukuran penilaian mencakup kinerja lingkungan, sosial dan tata kelola. Selain itu, UNVR juga mendapatkan penilaian terkait peringkat risiko ESG Perusahaan oleh Sustainalytics sebesar 17,56 yang termasuk dalam resiko rendah. Peringkat Risiko ESG oleh Sustainalytics mengukur eksposur perusahaan terhadap risiko ESG yang material bagi tiap industri dan seberapa baik perusahaan mengelola risiko tersebut.
“Kami berencana untuk terus meningkatkan kinerja kami melalui praktik bisnis yang berkelanjutan. Tentunya kami menyadari bahwa kami hanya sebagian dari berbagai stakeholders yang menentukan keberhasilan penerapan ESG, namun kami berkomitmen untuk terus menjalankan peranan kami,” kata Nurdiana.