Bisnis.com, JAKARTA — Prospek investasi berbasis environmental, social, and governance (ESG) menjanjikan bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia. International Finance Corporation (IFC) mengestimasi terdapat lebih dari US$23 triliun peluang investasi pada sektor hijau dan terkait iklim.
Dewan Pengurus Nasional Institute of Certified Sustainability Practitioners Stella Septania menilai prospek investasi berbasis ESG di pasar modal Indonesia menjanjikan. Dia mengatakan terdapat peningkatan minat investasi berbasis ESG didorong oleh meningkatnya kesadaran akan pentingnya isu-isu keberlanjutan. Minat ini juga didorong potensi keuntungan berinvestasi di perusahaan-perusahaan yang memprioritaskan pertimbangan ESG.
“Banyak investor institusional, seperti dana pensiun dan manajer investasi, kini memasukkan pertimbangan ESG ke dalam strategi investasi mereka, dan secara aktif mencari perusahaan-perusahaan yang memenuhi kriteria ESG tertentu,” kata Stella kepada Bisnis, Kamis (16/3/2023).
Pemerintah Indonesia juga telah mengambil langkah-langkah untuk mempromosikan keuangan berkelanjutan dan investasi ESG di Indonesia. Stella mengatakan hal ini tecermin pada langkah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang telah memperkenalkan pedoman keuangan berkelanjutan, dan Bursa Efek Indonesia (BEI) telah meluncurkan indeks keberlanjutan yang menilai kinerja perusahaan berdasarkan kinerja ESG mereka.
Perkembangan positif lain terlihat pada meningkatnya jumlah perusahaan yang memprioritaskan pertimbangan ESG. Hal ini dilandasi kesadaran bahwa memasukkan faktor ESG ke dalam praktik bisnis dapat membantu mengurangi risiko, mengurangi volatilitas dari operasional, meningkatkan kinerja keuangan jangka panjang, dan meningkatkan reputasi di mata para pemangku kepentingan.
Meski demikian, dia tidak memungkiri terdapat beberapa kendala dalam menjaga transparansi pelaksanaan ESG. Stella menyebutkan masih terdapat kekurangan dalam kejelasan dan konsistensi dalam pelaporan ESG .
Baca Juga
“Perusahaan-perusahaan Indonesia mungkin masih perlu untuk terus mengasah pemahaman dan kompetensi tim internal mereka terhadap ESG. Ini diperlukan agar perusahaan dapat mengidentifikasi risiko dan peluang ESG yang relevan, serta dalam menerapkan strategi mitigasi yang efektif,” paparnya.
Kendala lain datang dari ketiadaan aturan yang mewajibkan dan mengatur laporan ESG yang diaudit. Berbeda dengan kewajiban audit laporan keuangan, Stella mengatakan saat ini Indonesia belum memiliki regulasi yang mewajibkan emiten mengaudit atau verifikasi eksternal pada kinerja aspek ESG-nya.
“Namun kolaborasi IFC dan BEI ini adalah langkah yang sangat baik agar kita bisa mengatasi tantangan-tantangan ini. Saya harap kolaborasi ini dapat dikembangkan kerangka standar ESG yang komprehensif yang mempertimbangkan karakteristik unik pasar Indonesia,” Katanya.
Selain itu, Stella berpendapat harus ada upaya untuk meningkatkan kesadaran di kalangan investor tentang pentingnya pertimbangan ESG dalam pengambilan keputusan investasi. Selain itu, perlu ada dukungan dan insentif bagi UMKM untuk berinvestasi dalam inisiatif ESG.