Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah ditutup di zona merah ke Rp15.389 per dolar AS, setelah sebelumnya sempat menguat, setelah Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga tetap di level 5,75 persen.
Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup turun 0,05 persen atau 7,5 poin ke Rp15.893 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS juga melemah 0,34 persen ke 104,29.
Selain rupiah, ada rupee India yang juga melemah tipis 0,06 persen, ringgit Malaysia yang turun 0,39 persen, dan won Korea Selatan terpeleset 0,69 persen.
Di sisi lain, mata uang yen Jepang menguat 0,39 persen terhadap dolar AS, kemudian dolar Hong Kong menguat 0,01 persen, dolar Taiwan menguat 0,04 persen, dan peso Filipina menguat 0,11 persen.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menjelaskan dolar AS sedikit turun terhadap sekeranjang mata uang, tetapi masih di posisi yang cukup kuat.
Indeks dolar dan indeks berjangka dolar keduanya turun 0,1 persen setelah reli 1 persen dalam perdagangan semalam. Ketakutan akan potensi krisis perbankan muncul kembali pada Rabu menyusul kekalahan di saham pemberi pinjaman Swiss yang terkepung, Credit Suisse Group AG.
Baca Juga
Akan tetapi pemberi pinjaman itu mengamankan jalur kredit US$54 miliar dari Bank Nasional Swiss, menenangkan beberapa kekhawatiran atas keruntuhan langsung di sektor perbankan.
“Greenback sebagian besar didukung oleh permintaan safe haven, dan juga melihat tawaran beli di tengah meningkatnya ketidakpastian atas jalur kebijakan moneter AS. Fokus sekarang tepat pada pertemuan Federal Reserve minggu depan, di mana bank diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin,” ujarnya dalam riset, Kamis (16/3/2023).
Namun, kekhawatiran akan krisis bank, setelah runtuhnya tiga bank regional AS, membuat para trader mempertanyakan apakah the Fed akan memiliki ruang kepala ekonomi yang cukup untuk terus menaikkan suku bunga.
“Ini menyebabkan kerugian tajam dalam dolar awal pekan ini, menawarkan beberapa bantuan untuk mata uang Asia,” jelasnya.
Fokus pasar juga mengarah pada keputusan suku bunga Bank Sentral Eropa, yang diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin di kemudian hari.
Dari sisi internal, Bank Indonesia (BI) kembali mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada level 5,75 persen di tengah gonjang ganjing global yang semakin memanas. Suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 5,00 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50 persen.
“Keputusan ini tetap konsisten dengan stance kebijakan moneter pre-emptive dan forward looking untuk memastikan terus berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi dan inflasi ke depan,” tambahnya.
Kebijakan mempertahankan suku bunga acuan juga sesuai dengan ekspektasi pasar, karena melihat kondisi inflasi yang terus menurun. Inflasi inti yang merupakan pertimbangan BI dalam menentukan arah suku bunga kian melambat pada Februari lalu.
Inflasi inti secara bulanan yang juga melemah dari 0,33 persen (month to month/mtm) menjadi 0,13 persen (mtm). Hal ini disebabkan karena berakhirnya masa pembayaran sewa rumah di awal tahun.
Dengan rupiah ditutup melemah, untuk perdagangan besok Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp15.350 - Rp15.420 per dolar AS.