Bisnis.com, JAKARTA - Konglomerat Garibaldi 'Boy' Thohir akan membawa pulang dividen senilai Rp49,6 miliar dari PT Surya Esa Perkasa Tbk. (ESSA).
Emiten sektor energi dan kimia dengan kilang LPG dan pabrik amonia memutuskan untuk membagikan dividen tertinggi yakni sebesar Rp775,2 miliar, atau Rp45 per saham. Keputusan ini diambil dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) ESSA yang diselenggarakan Rabu (15/3/2023).
Sebagai informasi, per 20 Februari 2022, Boy Thohir tercatat memiliki 1,1 juta saham di ESSA, atau setara 6,4 persen dari total saham di ESSA. Dengan jumlah tersebut, dan dengan nilai dividen Rp45 per saham, Boy Thohir membawa pulang dividen senilai Rp49,6 miliar.
Selain kakak Menteri BUMN Erick Thohir ini, saat ini saham ESSA digenggam oleh PT Trinugraha Akraya Sejahtera sebanyak 3,61 miliar saham atau 21 persen, Chander Vinod Laroya sebanyak 2,82 miliar saham atau 16,38 persen, masyarakat sebanyak 9,6 miliar atau 56,22 persen.
Dengan jumlah tersebut, total seluruh saham ESSA adalah 17,2 miliar.
Sebelumnya, Presiden Direktur ESSA Vinod Laroya mengatakan pihaknya sangat senang dapat membagi keuntungan yang diraih ESSA sepanjang tahun 2022 dengan para pemegang saham melalui pengumuman pembagian dividen.
Baca Juga
"Rekam jejak operasional kami yang efisien didukung oleh harga komoditas yang luar biasa kuat telah menghasilkan kinerja yang solid pada tahun 2022," kata Vinod.
Selanjutnya, kata dia, ESSA tetap optimistis atas peluang pertumbuhan baru di industri hilir gas yang diharapkan semakin memberikan nilai lebih bagi pemegang saham.
Vinod melanjutkan pembagian dividen ini diumumkan sejalan dengan rekor pendapatan ESSA pada 2022, yang didukung oleh kegiatan operasional yang sangat baik, serta kondisi pasar yang menguntungkan.
Dalam laporan keuangan konsolidasian 2022 yang lalu, ESSA melaporkan pencapaian pendapatan sebesar US$731 juta atau naik 141 persen YoY dan EBITDA sebesar US$354 juta atau naik 161 persen YoY.
Di samping itu laba bersih tahun berjalan ESSA tercatat mencapai US$220,79 juta atau setara Rp3,44 triliun, melambung 1.438,60 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya mencapai US$14,35 juta.