Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak jatuh lebih dari dua persen dalam sesi yang bergejolak pada akhir perdagangan Senin (13/3/2023) waktu setempat, karena runtuhnya Silicon Valley Bank mengguncang pasar saham AS dan menimbulkan kekhawatiran akan krisis keuangan baru.
Mengutip Antara, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei tergelincir 2,01 dolar AS atau turun 2,4 persen, menjadi ditutup pada 80,77 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April terpangkas 1,88 dolar AS atau 2,3 persen, menjadi menetap pada 74,80 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. WTI sebelumnya sempat merosot menjadi 72,30 dolar AS per barel, harga terendah sejak Desember.
Pihak berwenang AS meluncurkan langkah-langkah darurat pada Minggu (12/3), untuk menopang kepercayaan pada sistem perbankan setelah kekhawatiran penularan dari kegagalan Silicon Valley Bank menyebabkan penjualan aset-aset AS pada akhir minggu lalu dan regulator negara menutup Signature Bank yang berbasis di New York pada Minggu (12/3).
Indeks saham-saham AS juga diperdagangkan secara berombak karena investor mempertimbangkan kemungkinan jeda kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve pada Maret.
Penutupan mendadak SVB Financial memicu kekhawatiran tentang risiko bank-bank lain akibat kenaikan suku bunga Fed yang tajam selama setahun terakhir, tetapi juga memicu spekulasi tentang apakah bank sentral dapat memperlambat laju pengetatan moneternya.
"Agak mengejutkan hari ini melihat penurunan besar dalam minyak mengingat fakta bahwa Fed kemungkinan besar akan lebih sulit menaikkan suku bunga secara agresif dan itu akan menyebabkan pelemahan dolar," kata analis Price Futures Group Phil Flynn.
Baca Juga
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang lainnya, turun hampir satu persen karena imbal hasil obligasi pemerintah jangka pendek jatuh. Greenback yang lebih lemah membuat minyak lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya dan biasanya mendukung harga minyak.
Kekhawatiran tentang pengetatan moneter Fed lebih lanjut telah diperburuk oleh tingginya persediaan minyak mentah AS.