Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Bursa Asia Tenggelam, Investor Cemas Krisis SVB Bisa Menular

Indeks acuan saham Asia turun sekitar 2 persen dan menghapus semua keuntungannya untuk tahun ini. Investor khawatir krisis Silicon Valley Bank merembet luas.
Farid Firdaus
Farid Firdaus - Bisnis.com 14 Maret 2023  |  12:15 WIB
Bursa Asia Tenggelam, Investor Cemas Krisis SVB Bisa Menular
Salah satu layar perdagangan di bursa saham China. - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia anjlok pada perdagangan hari ini dipimpin oleh pelemahan saham-saham keuangan akibat kejatuhan Silicon Valley Bank (SVB) yang terus bergema di seluruh pasar global. Hingga akhir perdagangan sesi pertama, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jatuh 1,54 persen.

Saat IHSG jatuh, empat saham bank papan atas turut merosot. Saham BBCA tergelincir 1,46 persen, saham BBRI anjlok 2,28 persen, saham BBNI terkoreksi 2,50 persen, dan saham BMRI ambrol 2,90 persen. 

Mengutip Bloomberg, Selasa (14/3/2023), indeks acuan saham Asia turun sekitar 2 persen dan menghapus semua keuntungannya untuk tahun ini. Saham keuangan menjadi hambatan terbesar karena investor mempertimbangkan risiko di sektor ini.

Sebelumnya Indeks Bank KBW pada Senin sempat mencatat penurunan terbesar sejak dimulainya pandemi Covid-19. Ini menegaskan kepanikan pasar.

Imbal hasil obligasi AS tenor dua tahun rebound lebih dari 15 basis poin tetapi tetap jauh lebih rendah dari level akhir pekan lalu. Hal ini mencerminkan penurunan harga obligasi tiga hari terbesar sejak Black Monday Oktober 1987 pada penutupan perdagangan AS.

Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah Selandia Baru tenor 2 tahun melemah lebih dari 20 basis poin, begitu pula imbal hasil obligasi Australia tenor 3 tahun. Imbal hasil tenor lima tahun Jepang turun ke level terendah sejak Desember 2022.

Adapun indeks dolar menguat setelah menghapus kenaikannya untuk tahun ini pada Senin di tengah penilaian ulang prospek suku bunga Federal Reserve. 

"Kesalahan kebijakan adalah risiko terbesar di pasar. Mengontrol inflasi tetapi juga mengatasi fakta bahwa ada beberapa ketidakstabilan dalam sistem perbankan itu sulit.” kata Mary Manning, manajer portofolio global untuk Alphinity Investment Management, kepada Bloomberg Television.

Ekonom Goldman Sachs Group Inc. serta manajer aset dana obligasi di Pacific Investment Management Co. mengatakan The Fed dapat mengambil jeda pada tingkat kebijakan setelah jatuhnya SVB.

Bahkan, Ekonom Nomura mengatakan Bank Sentral Federal Reserve dapat memangkas suku bunga targetnya minggu depan.

Data Kunci

Pelaku pasar bakal mencermati laporan indeks harga konsumen AS (CPI) terbaru sebagai isyarat yang dapat memicu pergeseran lebih lanjut dalam taruhan pada langkah Fed selanjutnya.

"Jika CPI ini dicetak dalam 24 jam ke depan sejalan dengan konsensus atau tidak lebih buruk dari konsensus maka sentimen pasar dapat tenang, tetapi jika kita mendapatkan angka yang kuat, semua taruhan dibatalkan," Andrew Ticehurst, ekonom senior dan ahli strategi suku bunga untuk Nomura Australia Ltd., kata di Bloomberg Television.

S&P 500 ditutup turun 0,2 persen pada akhir perdagangan Senin (13/3/2023), setelah bergerak fluktiatif di tengah anjloknya saham bank sementara Nasdaq yang sensitif terhadap kebijakan naik 0,8 persen, tertinggi dalam lebih dari seminggu.

Dampak dari keruntuhan SVB mendorong Presiden Joe Biden untuk menjanjikan regulasi yang lebih kuat terhadap bank-bankAS, sambil meyakinkan para deposan bahwa uang mereka aman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

IHSG Bursa Asia Silicon Valley Bank (SVB) ihsg hari ini

Sumber : Bloomberg

Editor : Farid Firdaus

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top