Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penyebab Laba Saratoga (SRTG) Merosot 81,45 Persen sepanjang 2022

Saratoga Investama Sedaya (SRTG) membukukan penghasilan dividen Rp2,6 triliun, tetapi mencatatkan laba bersih yang turun 81 persen sepanjang 2022.
Direktur Keuangan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk Lany Djuwita Wong (dari kiri) berbincang dengan Direktur Investasi Devin Wirawan, Hubungan Investor Albert Saputro, dan Direktur Portofolio Andi Esfandiari di sela-sela paparan publik seusai RUPS, di Jakarta, Rabu (22/5/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Direktur Keuangan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk Lany Djuwita Wong (dari kiri) berbincang dengan Direktur Investasi Devin Wirawan, Hubungan Investor Albert Saputro, dan Direktur Portofolio Andi Esfandiari di sela-sela paparan publik seusai RUPS, di Jakarta, Rabu (22/5/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan investasi PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) membukukan penghasilan dividen sebesar Rp2,6 triliun sepanjang 2022, tetapi mencatatkan penurunan laba tahun berjalan lantaran terdapat penurunan nilai investasi di portofolio blue chip. 

Sepanjang 2022, SRTG mencatatkan Net Asset Value (NAV) sebesar Rp60,9 triliun di tahun 2022. Nilai tersebut naik sekitar 8 persen dibandingkan tahun 2021 sebesar Rp56,3 triliun.

Pada tahun 2022, dividen yang diperoleh dari perusahaan portofolio mencapai Rp2,6 triliun, meningkat 57,70 persen dibanding 2021 yang mencapai Rp1,65 triliun. 

Akan tetapi, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk SRTG tercatat turun 81,45 persen, dari Rp24,8 triliun menjadi Rp4,61 triliun di tahun lalu. 

Demikian pula dengan penurunan atas investasi yang tahun 2022 mencapai Rp3,72 triliun, turun 84,7 persen dibanding tahun 2021 yang mencapai Rp24,4 triliun. Penyebabnya akibat keuntungan atas investasi pada saham blue chip yang turun menjadi Rp4,39 triliun, dari Rp20,3 triliun secara tahunan.

Laba per saham dasar SRTG juga ikut turun menjadi Rp342 pada 2022, dari Rp1.846 pada 2021. 

Sementara itu, beban usaha SRTG naik 51,40 persen menjadi Rp232,4 miliar, dari Rp153,49 miliar. Dengan peningkatan beban usaha tersebut, laba sebelum pajak SRTG turun 77,2 persen menjadi Rp5,85 triliun dari Rp25,6 triliun secara tahunan.

Presiden Direktur Saratoga Michael William P. Soeryadjaya mengatakan dividen yang diperoleh dari perusahaan portofolio SRTG menjadi rekor dividen terbesar yang pernah diperoleh Saratoga. PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) dan PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk. (MPMX) menjadi kontributor dividen terbesar di tahun lalu.

“Kami menyampaikan apresiasi atas kinerja luar biasa portofolio investasi seperti ADRO, MDKA, TBIG, dan MPMX dan portofolio lainnya, sehingga berhasil mengoptimalkan peluang bisnis yang ada dan menghasilkan setoran dividen yang menjadi rekor sepanjang usia Saratoga," kata William, Kamis (13/3/2023). 

Adapun nilai investasi ADRO per akhir 2022 meningkat pada beberapa emiten karena peningkatan harga saham seperti pada ADRO yang menguat menjadi Rp1,55 triliun, dari Rp455,13 miliar di 2021. 

Lalu di TBIG sebesar Rp1,65 triliun di 2022, dari Rp1,14 triliun di 2021. Di MDKA sebesar Rp1,82 triliun di 2022, dari Rp814 miliar di 2021, dan di MPMX dari Rp144,8 miliar di 2021 menjadi Rp283,3 miliar di 2022.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper