Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Cerah Emiten Konsumer dan Ritel ICBP, LPPF, ZONE hingga MYOR Jelang Ramadan

Sejumlah emiten consumer dan ritel mulai dari ICBP, LPPF, ZONE hingga MYOR diproyeksi moncer terdorong momentum Ramadan dan Lebaran.
Pengunjung memilih barang di salah satu outlet di pusat perbelanjaan atau mal di Jakarta, Rabu (9/11.2022). Bisnis/Himawan L Nugraharn
Pengunjung memilih barang di salah satu outlet di pusat perbelanjaan atau mal di Jakarta, Rabu (9/11.2022). Bisnis/Himawan L Nugraharn

Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja emiten ritel dan konsumer seperti ICBP,LPPF, ZONE hingga MYOR diproyeksi moncer sepanjang kuartal I/2023, terdorong momentum bulan ramadan dan hari raya lebaran.

Financial Expert Ajaib Sekuritas, Chisty Maryani mengatakan Secara historis, konsumsi rumah tangga akan meningkat menjelang Ramadan atau hari raya keagamaan terutama Lebaran yang berlangsung di Bulan April nanti.

Peningkatan daya beli masyarakat sudah mulai tercermin dari awal bulan Maret 2023 yang pada akhirnya terefleksikan dalam kinerja emiten periode kuartal I-2023.

"Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat konsumsi rumah tangga tumbuh 4,93% YoY pada tahun 2022, hal ini dipicu oleh meningkatnya pendapatan masyarakat yang tercermin dari kenaikan PPh Pasal 21 sebesar 18,36%. Adapun pada awal tahun ini, menurut survei Bank Indonesia, Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) saat ini juga terpantau solid, tumbuh 112,4 terdorong dari Indeks Penghasilan yang meningkat ke level 118,5," kata Christy dalam keterangan tertulis, Kamis (9/3/2023).

Menurut dia, faktor lainnya adalah kembali nya harga komoditas yang menjadi bahan baku emiten sektor konsumsi tersebut. Pada saat ini harga gandum tercatat koreksi 35,21 persen YoY dan diperdagangkan di level US$677 per Bu (Bushel), setelah sempat menyentuh level puncaknya di US$1.278 per bushel.

Dengan sentimen tersebut pihaknya memproyeksi emiten consumer seperti ICBP, INDF, dan MYOR memiliki potensi peningkatan kinerja.

Dia memprediksi akan ada peningkatan kinerja ICBP ke depan, didorong oleh melandainya harga komoditas sebagai bahan baku dan ASP yang telah naik dan tinggi sejak tahun lalu. Dua faktor tersebut mendorong pendapatan ICBP tumbuh menjadi Rp48,9 triliun pada Kuartal III-2022, dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp42,6 Triliun.

Christy mengatakan INDF juga mencatat peningkatan EBIT 11 persen YoY pada kuartal III-2023 lalu sebesar Rp13,4 triliun, dan terpantau telah meningkatkan Average Selling Price sebesar 3 persen sejak Juli 2022.

Menurut dia, tekanan kinerja INDF di kuartal III-2022 lalu berasal dari bisnis agribisnis yaitu penurunan harga CPO. Namun hal ini sementara karena estimasi di kuartal I-2023 ini harga CPO terpantau kembali naik seiring dengan permintaan yang tumbuh dan dampak dari China yang mulai membuka kembali ekonominya.

"Selain itu, INDF juga diuntungkan karena segmen pendapatannya berasal dari konsumsi dalam negeri yang cukup kuat mengingat pangsa pasarnya Sebagian besar berasal dari domestil," katanya.

Sementara untuk MYOR, kami melihat akan diuntungkan oleh dampak pembukaan kembali ekonomi China.

Berdasarkan laporan kinerja per September 2022 MYOR mencatat porsi penjualan untuk ekspor mencapai 43 persen dari total penjualan MYOR.

"Kami memproyeksikan peningkatan kinerja pendapatan MYOR dapat tumbuh 10-13 persen YoY di kuartal I-2023 seiring dengan re-opening ekonomi China," katanya.

Menurut dia net profit margin MYOR dapat tumbuh signifikan terdorong dari profitabilitas yang lebih baik dan top line yang meningkat di kuartal I-2023.

Meski demikian, emiten barang konsumsi bakal terimbas oleh depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar, karena dapat meningkatkan biaya pembelian bahan baku secara impor dan menekan margin profitabilitas.

ICBP juga memiliki beban bunga utang jangka panjang dari aksi korporasinya mengakuisisi Pinehill dan ICBP pun menerbitkan global bond dalam denominasi dolar senilai US$1,75 miliar di Bursa Efek Singapore (SGX).

Beban utang ICBP tersebut tercermin dari rasio DER nya yang meningkat, pada kuartal III-2022 lalu DER tercatat di 1,03, dimana sebelum ICBP mengakusisi Pinehill terpantau pada kuartal III-2019 rasio DER nya hanya sebesar 0,50.

Segendang sepenarian, emiten ritel juga berpotensi merengkuh berkah Ramadan dan Hari Raya Lebaran tahun ini, seiring dengan Survei penjualan eceran Bank Indonesia memperkirakan indeks penjualan riil (IPR) pada Februari 2023 akan mencapai 205,2 atau naik 2,6 persen year on year (YoY). Angka itu berkontraksi secara bulanan daripada Januari 2023, tetapi lebih baik secara tahunan karena IPR pada Januari 2023 yang mencapai 208,2 terkontraksi 0,6 persen YoY.

Di sisi lain, survei konsumen Februari 2023 mengindikasikan optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi tetap kuat. Hal tersebut terindikasi dari indeks keyakinan konsumen (IKK) Februari 2023 sebesar 122,4.

Angka itu tetap terjaga pada level optimistis, meskipun IKK sedikit menurun dibandingkan 123,0 pada Januari 2023. Di sisi lain, IKK Februari 2023 lebih tinggi dibandingkan dengan setahun sebelumnya yakni 113,1 pada Februari 2022.

Melihat perkembangan penjualan eceran dan optimisme konsumen sebulan jelang Ramadan, Analis NH Korindo Sekuritas Cindy Alicia Ramadhania mengatakan emiten-emiten ritel tengah menikmati sentimen positif. Dia mengatakan pemulihan mobilitas bakal mendorong normalisasi ekonomi dan meningkatkan konsumsi masyarakat ke level yang lebih optimal.

“Selain itu, emiten ritel biasanya terkena sentimen seperti perayaan hari raya apalagi diketahui sebentar lagi memasuki bulan Ramadan dan momen kali ini sudah kembali ,” kata Cindy, Kamis (9/3/2023).

Sentimen lainnya datang dari kenaikan upah minimum dan momentum tahun politik menjelang Pemilihan Umum 2024. Perputaran uang yang lebih banyak, lanjutnya, berpotensi memberi dorongan pada kinerja keuangan emiten ritel.

Untuk menangkap peluang tersebut, beberapa emiten ritel tercatat telah menyiapkan sejumlah strategi menghadapi Lebaran. Sebagai contoh, emiten ritel fesyen portofolio Grup Tancorp milik konglomerat Hermanto Tanoko, PT Mega Perintis Tbk. (ZONE), menawarkan berbagai promo untuk konsumen, baik untuk penjualan daring maupun melalui gerai-gerai fisik.

Direktur Mega Perintis Luki Rusli memproyeksikan penjualan pada momen Ramadan dan Lebaran tahun ini dapat tumbuh hingga 250 persen dibandingkan dengan bulan-bulan biasa.

“Kami memproyeksikan bahwa penjualan ZONE selama bulan Ramadan dan Lebaran akan naik 200 persen sampai 250 persen dari penjualan pada bulan-bulan biasa. Proyeksi tersebut karena merujuk pada prediksi bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia masih stabil dan bisa tumbuh,” kata Luki belum lama ini.

Untuk menangkap momentum tersebut, ZONE telah meningkatkan stok produk sejak awal tahun. Adapun nilai persediaan perusahaan pengelola ritel Manzone dan Minimal itu mencapai Rp307,235 miliar per September 2022, naik dari posisi akhir 2021 Rp256,64 miliar.

Terpisah, PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF) menggenjot pembukaan gerai baru menjelang Lebaran. Mereka menargetkan membuka 7 gerai baru dan telah merealisasikan pembukaan dua gerai Sampai awal Maret 2023.

“Kami akan membuka lima gerai Matahari lagi hingga awal April nanti,” kata Terry O'Connor, CEO Matahari dalam keterangan resmi.

Matahari menargetkan untuk membuka minimal 12 gerai baru pada 2023. Dengan demikian, total gerai yang beroperasi secara nasional ditargetkan menjadi 160 atau lebih pada akhir 2023. Adapun alokasi belanja modal pada 2023 mencapai Rp500 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper