Bisnis.com, JAKARTA - Dolar Amerika Serikat (AS) mempertahankan kenaikan moderat terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Rabu pagi WIB, ditopang oleh kecemasan investor menunggu hasil The Fed.
Aktivitas bisnis di AS pada Februari secara tak terduga melonjak ke level tertinggi delapan bulan, meningkat menjadi 50,2 poin dari pembacaan akhir 46,8 poin pada Januari.
Data PMI (Indeks Manajer Pembelian) di atas 50 poin mengindikasikan pemulihan, sementara pembacaan di bawahnya menandakan kontraksi. Jumlah itu mengikuti data yang kuat baru-baru ini pada penjualan ritel, pasar tenaga kerja dan produksi manufaktur, menunjukkan momentum yang solid dalam perekonomian di awal tahun.
"Rilis PMI hari ini menunjukkan sebagian besar ekonomi AS masih terbukti lebih tangguh dari yang diperkirakan, terutama sektor jasa, tetapi pasar perumahan masih ditantang yang dibuktikan dengan penurunan mengejutkan penjualan rumah yang telah ada," kata Erik Nelson, ahli strategi makro di Wells Fargo Securities di London dikutip dari Antara.
Nelson mencatat dikotomi antara indikator utama dari ekonomi AS, menunjukkan resesi masih membayangi dan indikator menunjukkan permintaan yang masih solid. Hal itu berisiko membuat Fed berhati-hati dan meningkatkan standar kenaikan suku bunga yang lebih agresif, menurut Nelson.
"Kecepatan pengetatan The Fed yang terukur akan membatasi kenaikan dolar untuk saat ini, karena ECB dan bank sentral lainnya sedikit mengejar ketinggalan, dengan arah jangka menengah untuk dolar cenderung lebih bergantung pada jalur pertumbuhan relatif," katanya dikutip dari Antara, Rabu (22/6/2023).
Baca Juga
Indeks dolar AS, yang melacak mata uang AS terhadap enam mata uang utama lainnya, berada di level 104,16, atau naik 0,25 persen, rebound dari penurunan awal hingga mendekati level tertinggi hari ini di 104,26.
"Kami melihat konsumen di seluruh dunia kurang sensitif terhadap suku bunga daripada yang diantisipasi," kata Adam Button, Kepala Analis Mata Uang di ForexLive di Toronto.