Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah karena tekanan jual investor saat menanti risalah rapat The Fed atau FOMC Minutes pada Kamis dini hari waktu Indonesia.
IHSG melanjutkan pelemahan pada penutupan perdagangan Rabu (22/2/2023). Indeks komposit melemah 0,92 persen ke 6.809,96 di tengah antisipasi investor pada risalah rapat The Fed atau FOMC Minutes pada Kamis dini hari waktu Indonesia.
Associate Director Pilarmas Investindo Maximilianus Nicodemus mengatakan pihaknya memprediksi The Fed akan agresif dalam menaikkan suku bunga dan memberikan tekanan ke IHSG.
“The Fed agresif, dengan inflasi yang konsisten. IHSG bisa ambyar,” katanya saat dihubungi Bisnis, Rabu (22/2/2023).
Nico menyebutkan FOMC minutes meeting atau notulensi pertemun The Fed bulan lalu akan dirilis dini hari waktu Indonesia sehingga akan terlihat The Fed akan agresif atau justru bertahan.
Selain ditekan oleh FOMC minutes meeting, IHSG juga disebutkan akan terpengaruh oleh inflasi Eropa yang diproyeksi akan naik.
Baca Juga
Terpisah, Tim Analis Phintraco Sekuritas menyebutkan Fluktuasi IHSG meningkat jelang rilis FOMC The Fed.
Meski demiki, IHSG berpeluang untuk rebound selama bertahan di atas pivot 6.760, IHSG berpeluang rebound/minor reversal. Pasalnya, Stochastic RSI menunjukan sinyal oversold dan tidak ada kenaikan volume transaksi yang signifikan.
“Artinya, potensi pelemahan mungkin akan terbatas di pivot level tersebut,” kata tim Analis dalam riset harian.
Pelaku pasar mengantisipasi clue terkait arah kebijakan The Fed, khususnya mengenai puncak The Fed Rate dari risalah FOMC tersebut.
Data-data ekonomi AS terkini memicu kekhawatiran pasar karena mengindikasikan kondisi bahwa inflasi akan relatif lebih persistent dari perkiraan sebelumnya.
Sementara itu, Head of research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya menyebutkan koreksi tidak hanya terjadi di IHSG tetapi bursa global juga. Koreksi ini disebabkan oleh tekanan jual investor menunggu pengumuman The Fed.
“Selain itu, ada sentimen peringatan satu tahun invasi Rusia Ukraina yang tidak membaik,” jelasnya, Rabu (22/2/2023).
Sentimen kenaikan suku bunga serta rilis data tenaga kerja dan inflasi yang masih tinggi beberapa waktu lalu juga mendorong aksi jual oleh investor di pasar domestik.
“Jadi terlihat dari indicator moving average memang terbentuk death cross dan momentum pelemahan juga berlanjut. Sehingga menuju level support 6.700,” kata Cheril.