Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emiten Sawit Crazy Rich Medan (STAA) Perkirakan Harga CPO 2023 Lebih Stabil

Emiten CPO PT Sumber Tani Agung Resources Tbk. (STAA) memprediksi harga CPO pada 2023 lebih stabil dan turut menopang laba perusahaan.
Emiten CPO PT Sumber Tani Agung Resources Tbk. (STAA) memprediksi harga CPO pada 2023 lebih stabil dan turut menopang laba perusahaan. /Dok.BEI
Emiten CPO PT Sumber Tani Agung Resources Tbk. (STAA) memprediksi harga CPO pada 2023 lebih stabil dan turut menopang laba perusahaan. /Dok.BEI

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten CPO PT Sumber Tani Agung Resources Tbk. (STAA) memproyeksikan kinerja laba bersih pada 2023 lebih tinggi daripada 2022, seiring dengan prospek industri sawit yang lebih stabil dan harga pupuk yang melandai.

Presiden Direktur Sumber Tani Agung Resources Mosfly Ang mengatakan 2022 menjadi tahun yang cukup menantang bagi industri sawit. Para pelaku usaha harus menghadapi serangkaian perubahan kebijakan dalam jangka waktu pendek dan fluktuasi harga yang cukup tinggi.

“Pada 2022 harga minyak sawit mentah lebih volatil karena kebijakannya ada yang mendukung ada yang kurang mendukung. Kebijakannya berubah cukup cepat sekali yang salah satunya bertujuan menjamin kebutuhan domestik. Ini berdampak pada fluktuasi harga,” kata Mosfly dalam diskusi dengan NH Korindo Sekuritas, Selasa (21/2/2023).

Bisnis perkebunan sawit juga menghadapi lonjakan harga pupuk imbas dari konflik Rusia dan Ukraina. Hal ini tecermin pada laba kotor STAA per September 2022 yang mengalami koreksi sebesar 5,4 persen dari Rp1,64 triliun menjadi Rp1,55 triliun. Margin laba kotor STAA juga turun dari 39,2 persen per September 2021 menjadi 35,2 persen di September 2022.

“Laba kotor terkoreksi karena kami menerapkan pemupukan penuh meskipun terjadi kenaikan harga karena pemupukan sangat berpengaruh pada produksi,” tambah Mosfly.

Dia memperkirakan industri sawit bakal lebih stabil pada 2023, seiring dengan melandainya harga pupuk. Mosfly mencatat harga pupuk telah turun sekitar 30 persen dari harga rata-rata 2022.

STAA juga mengestimasi laba bersih pada tahun ini akan lebih baik daripada 2022. Meskipun tidak memperinci target pertumbuhannya, Mosfly mengatakan STAA tidak mengkhawatirkan volatilitas harga selama mampu menjaga biaya produksi.

“Ada kecenderungan harga CPO stabil, kami punya keyakinan net profit tidak akan di bawah 2022. Kami memang tidak bisa atur harga jual, tetapi bisa mengatur efisiensi operasional. Selama cost production rendah, kami tidak khawatir dengan volatilitas harga yang terjadi,” katanya.

STAA tercatat memproduksi 713.724 ton tandan buah segar (TBS) selama Januari—September 2022 atau naik 1,8 persen dibandingkan dengan periode yang sama di 2021 sebesar 701.129 ton. 

Dari sisi penjualan, STAA mengakumulasi penjualan minyak sawit mentah (CPO) sebesar 284.424 ton atau naik 0,7 persen YoY. Volume penjualan yang cenderung landai ini diimbangi dengan kenaikan pada harga jual rata-rata CPO yang mencapai 16,6 persen YoY, dari Rp10.850 per kilogram menjadi Rp12.655 per kilogram.

Perkembangan volume dan harga jual itu membuat pendapatan STAA selama Januari—September 2022 tumbuh 5,4 persen secara tahunan, dari Rp4,18 triliun menjadi Rp4,40 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper