Bisnis.com, JAKARTA — PT Sumber Tani Agung Resources Tbk. (STAA) berencana untuk kembali mengakuisisi perkebunan sawit baru pada 2023. Hal ini dilakukan untuk mendukung target pertumbuhan luas area tertanam.
Presiden Direktur Sumber Tani Agung Resources Mosfly Ang mengemukakan bahwa STAA telah mengakuisisi sekitar 6.000 hektare (ha) perkebunan sawit pada 2022. Akuisisi tersebut menyerap biaya hingga Rp306 miliar dan membuat total area tertanam STAA mencapai 48.000 ha.
“Pada 2023 salah satu fokus kami, selain penyelesaian fasilitas downstream adalah penambahan luas perkebunan. Akuisisi akan kami lakukan dan saat ini kami sedang mengkaji mana yang bisa kami realisasikan. Ini untuk mendukung pertumbuhan secara anorganik,” kata Mosfly dalam diskusi bersama NH Korindo Sekuritas, Selasa (21/2/2023).
Mosfly mengatakan terdapat sejumlah pemilik kebun yang berencana melepas perkebunan mereka. Namun STAA akan menyeleksi kebun yang sesuai dengan operasional perusahaan. Adapun rata-rata usia tanaman sawit STAA saat ini sekitar 13 tahun.
“Kami menargetkan punya area tertanam sebesar 60.000 ha pada 2025, termasuk dengan perkebunan plasma,” kata dia.
STAA juga akan fokus merampungkan sejumlah fasilitas pendukung bisnis penghiliran seperti refinery dan dermaga. Mosfly menargetkan fasilitas penghiliran akan mulai beroperasi pada kuartal I/2024 dengan target pasar ekspor.
Baca Juga
STAA tercatat memproduksi 713.724 ton tandan buah segar (TBS) selama Januari—September 2022 atau naik 1,8 persen dibandingkan dengan periode yang sama di 2021 sebesar 701.129 ton.
Dari sisi penjualan, STAA mengakumulasi penjualan minyak sawit mentah (CPO) sebesar 284.424 ton atau naik 0,7 persen YoY. Volume penjualan yang cenderung landai ini diimbangi dengan kenaikan pada harga jual rata-rata CPO yang mencapai 16,6 persen YoY, dari Rp10.850 per kilogram menjadi Rp12.655 per kilogram.
Perkembangan volume dan harga jual itu membuat pendapatan STAA selama Januari—September 2022 tumbuh 5,4 persen secara tahunan, dari Rp4,18 triliun menjadi Rp4,40 triliun. Laba kotor STAA tercatat turun 5,4 persen YoY menjadi Rp1,55 triliun, sementara laba bersih naik 25,2 persen YoY menjadi Rp1,0 triliun dibandingkan dengan Rp805 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya.