Bisnis.com, JAKARTA — PT Hillcon Tbk. (HILL) mengincar tambahan produksi 6 juta ton nikel ore dengan estimasi peningkatan revenue hingga Rp1 triliun usai IPO.
Komisaris Utama Hillcon Tan Tjoe Liang mengatakan perseroan sedang dalam proses negosiasi dengan beberapa pemilik tambang nikel. Menurutnya jika negosiasi berjalan lancer, HILL bakal menambah produksi nikel dan pendapatan perseroan.
“Pipeline tambahan proyek tambang nikel kami ada 3 lagi tahun ini. Volume produksi diperkirakan mencapai 6 juta ton ore. Dari jumlah tersebut, pendapatan yang kami terima bisa mencapai Rp1 triliun,” katanya kepada Bisnis, Kamis (16/2/2023).
Direktur Utama Hillcon Hersan Qiu menambahkan di luar pipeline, HILL menargetkan bisa menambang 20 juta ton ore nikel pada 2022. Jumlah itu naik 100 persen dari realisasi tahun lalu yang mencapai 10 juta ton nikel ore.
Perseroan, lanjutnya, memperkirakan total pendapatan tahun ini akan berkisar Antara Rp6 triliun sampai dengan Rp7 triliun. Jumlah itu naik hampir dua kali lipat dari realisasi tahun lalu sebesar Rp3,2 triliun.
Hersan membeberkan bila pendapatan dari segmen tambang nikel kerap melejit dua kali lipat setiap tahunnnya. Misalnya pada 2020 pendapatan HILL mencapai Rp1 triliun lalu naik menjadi Rp2 triliun pada 2021 dan Rp3,2 triliun pada 2022.
Baca Juga
Sementara itu, dari sisi laba bersih HILL membukukan Rp400 miliar. Hersan menambahkan jika target laba bersih tahun ini dipatok menembus Rp700 miliar.
“Tahun ini kami memperkirakan laba bersih Rp700 miliar. Kami cukup konservatif karena ada potensi yang tercatat ke tahun setelahnya,” kata Hersan. Selain itu, Hersan mengungkapkan perseroan mendapatkan kontrak pembangunan pelabuhan untuk tambang nikel senilai Rp1,8 triliun.
Sebagai informasi, kontribusi pendapatan tambang nikel terhadap perseoran mencapai 35 persen. Adapun konstruksi tambang batu bara masih mendominasi sekitar 58 persen. Akan tetapi, Hersan optimistis kombinasi tersebut akan segera berubah.
Pasalnya, Herman mengeklaim HILL telah menjadi market leader di tambang nikel dengan pangsa pasar mencapai 15 persen. Sebagai gambaran, saat ini ada 80 kontraktor tambang nikel yang beroperasi di Indonesia. Adapun produksi nikel ore selama mencapai 100 juta ton per tahun.
“Saat ini, kami fokus terhadap segmen nikel ketimbang batu bara. Kami hanya mengerjakann satu tambang batu bara yang rendah biaya dan tidak terpengaruh volatilitas harga karena memiliki kalori tinggi,” pungkasnya.