Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan menguat menuju 7.000 pada perdagangan hari ini, Rabu (8/2/2023).
Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan menjelaskan IHSG berpeluang memvalidasi sinyal bullish reversal, jika mengkonfirmasi resistance breakout di 6920.
“Stochastic RSI membentuk golden cross di pivot 50 persen dan MACD berpotensi membentuk golden cross. Resistance terdekat berikutnya di 6990-7000,” jelasnya, dikutip Rabu (8/2/2023).
IHSG memiliki resistance di angka 7000, pivot di angka 6920 serta support di level 6840.
Katalis positif domestik menjadi salah satu mover utama IHSG. Ekonomi Indonesia tumbuh 5,31 persen yoy di 2022, lebih tinggi dari perkiraan di 5,29 persen yoy.
Selanjutnya, kondisi cadangan devisa per Januari 2023 sebesar US$139,4 miliar yang cukup untuk membiayai 6,1 bulan impor, berada jauh di atas standar kecukupan internasional di 3 bulan impor.
Baca Juga
Sementara dari sisi sektoral, sektor energi membukukan pertumbuhan 2,88 persen paling signifikan di perdagangan kemarin, Selasa (7/2/2023). Hal ini salah satunya dipicu oleh aksi bargain hunting pada saham-saham energi ditengah antisipasi rilis laporan keuangan periode full year 2022.
Dengan demikian, secara teknikal, saham-saham energi masih berpotensi menjadi mover IHSG, di antaranya PTBA, MEDC, INDY dan UNTR. Saham diluar energi yang berpotensi rebound meliputi ANTM, UNVR, BBTN dan EXCL.
Sementara itu Indeks-indeks Wall Street, dipimpin oleh Nasdaq naik 1,9 persen, mencatatkan rebound signifikan di Selasa (7/2/2023). Penguatan ini didorong oleh konfirmasi Kepala The Fed, Jerome Powell yang menilai bahwa inflasi di AS mulai menurun dalam pidatonya di The Economic Club of Washington D.C.
Pernyataan ini memperkuat keyakinan pasar bahwa sukubunga acuan The Fed sudah hampir mencapai puncak.
Sebelumnya, indeks-indeks di Eropa ditutup mixed di Selasa (7/2/2023). Hal ini karena bursa-bursa di Eropa tutup lebih dulu sebelum pidato Jerome Powell tersebut.
Selain itu, pasar juga masih mencerna pernyataan dari Presiden European Central Bank (ECB) mengenai arah kebijakan ECB. Dalam pidato pasca pertemuan bulanan di Januari 2023, ECB masih cenderung lebih hawkish dari The Fed mengingat inflasi di Euro Area masih bertahan di 9 persen yoy. Meski demikian, moderasi harga komoditas membuka peluang kebijakan yang lebih dovish terutama setelah Maret 2023.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.