Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup melemah ke level Rp15.055 pada perdagangan hari ini, Senin (6/2/2023). Sementara itu mata uang di kawasan Asia lainnya bergerak variatif.
Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup turun 1,08 persen atau 161,5 poin ke Rp15.055 per dolar AS. Hal tersebut terjadi di tengah penguatan indeks dolar AS sebesar 0,31 persen ke 103,07.
Bersama dengan rupiah, mayoritas mata uang Asia lainnya juga melemah seperti won Korea Selatan yang turun 1,95 persen, kemudian peso Filipina melemah 1,34 persen, dolar Taiwan melemah 0,95 persen, dan rupee India turun 0,96 persen.
Yuan terpantau menjadi satu-satunya mata uang di kawasan asia yang perkasa di hadapan dolar AS. Sampai pukul 15.00 WIB, yuan China menguat 0,23 persen.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim mengemukakan dolar AS bertahan kuat pada Senin (6/2/2023) setelah laporan pekerjaan AS terbaru memberi sinyal bagi The Fed untuk melanjutkan kebijakan hawkish.
Pada Jumat (3/2/2023), laporan ketenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja AS yang diawasi ketat menunjukkan bahwa nonfarm payrolls melonjak sebanyak 517.000 pekerjaan pada Januari 2023, di atas estimasi ekonom dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan kenaikan sebesar 185.000.
Baca Juga
“Angka penggajian yang mencolok bersama dengan rebound industri jasa AS pada Januari membuat investor mempertanyakan bahwa Fed hampir selesai dengan kebijakan pengetatan moneternya,” kata Ibrahim dalam risetnya, Senin (6/2/2023).
Pedagang menilai suku bunga The Fed akan mencapai puncaknya pada 5,05 persen pada Juni 2023 sampai bank sentral mulai memangkas suku bunga pada paruh kedua tahun ini.
Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju pertumbuhan ekonomi sepanjang 2022 mencapai 5,31 persen atau kembali pada level seperti sebelum pandemi. BPS menyatakan, seluruh lapangan usaha sepanjang tahun lalu menunjukkan pertumbuhan positif. Sedangkan pertumbuhan ekonomi sepanjang kuartal keempat 2022 sebesar 5,01 persen year on year (yoy). Mengalami penurunan dibandingkan kuartal ketiga 2022 sebesar 5,73 persen.
“Setelah melihat data PDB pada 2022 stabil, maka akan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi 2023 yang masih dibayangi resesi. Sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia kemungkinan besar akan bergeser dari sektor eksternal ke sektor domestik, karena kegiatan ekspor diperkirakan akan melemah seiring dengan perlambatan ekonomi global,” lanjut Ibrahim.
Melihat faktor eksternal dan internal ini, Ibrahim memperkirakan rupiah berpotensi dibuka berfluktuatif pada perdagangan Selasa (7/2/2023), tetapi ditutup melemah ke rentang Rp15.030–Rp15.100 per dolar AS.