Bisnis.com, JAKARTA — Bursa Efek Indonesia menyebut adanya 4 perilaku investor yang tengah menjadi tren. Di sisi lain, Presiden Jokowi mengingatkan agar regulator jasa keuangan membersihkan praktik saham gorengan.
Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia I Gede Nyoman Yetna mengemukakan perilaku pasar cenderung mengalami perubahan di tengah kondisi pasar yang dinamis. Terlebih dengan posisi likuiditas yang tidak selikuid periode sebelumnya.
Mengutip sebuah survei global mengenai tren perilaku investor, Nyoman mengatakan terdapat empat aspek yang diperhatikan pemodal sebelum berinvestasi pada instrumen bersifat efek. Hal ini dia sampaikan agar menjadi catatan bagi perusahaan-perusahaan yang baru pertama kali mencatatkan sahamnya di BEI.
Dia mengemukakan hal pertama yang dilihat investor adalah resiliensi model bisnis yang ditunjukkan suatu perusahaan. “Kedua, investor sudah kembali ke profitabilitas. Alih-alih hanya melihat peluang pertumbuhan ke depan yang mungkin bersifat janji-janji, investor kini sudah melihat fundamental,” kata Nyoman, Senin (6/2/2023).
Aspek lain yang dilihat investor adalah arus kas perusahaan di tengah likuiditas yang ketat. Selain itu, unsur environment, social, and governance (ESG) turut menjadi pertimbang investor dalam melakukan investasi.
Pada kesempatan tersebut, Nyoman juga mengatakan bahwa BEI pencatatan saham perdana terbuka bagi semua perusahaan, terlepas dari kapitalisasinya. Sampai 6 Februari 2023, telah terdapat 12 perusahaan baru yang menggelar IPO dengan dana yang dihimpun mencapai Rp924,05 miliar.
Baca Juga
“Sebagaimana jargon yang selalu kami sampaikan, jangan [menunggu] besar untuk go public, tetapi jadilah besar dengan go public,” kata dia.
Secara terpisah, Presiden Joko Widodo meminta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk memperkuat perlindungan di sektor jasa keuangan, termasuk dalam perdagangan saham. Hal ini disampaikan Jokowi sembari menyinggung skandal keuangan yang menjerat Adani Group asal India.
Dalam laporan hasil investigasi selama dua tahun yang dirilis 24 Januari 2023, Hindenburg Research mengungkap bahwa perusahaan-perusahaan yang berada di bawah naungan Adani Group terlibat dalam manipulasi saham dan penipuan akuntansi selama bertahun-tahun. Akibat rilisnya laporan ini, saham-saham Adani berguguran dan membuat kapitalisasi pasar Adani Group lenyap sekitar US$120 miliar.
“Pengawasan, pengawasan, pengawasan. Jangan sampai ada yang lolos seperti itu karena goreng-gorengan [saham]. Rp1.800 triliun itu seperempatnya PDB India hilang. Yang terjadi apa? Capital outflow, semua keluar dan membuat rupee jatuh. Hati-hati mengenai ini,” kata Jokowi.
Presiden Jokowi mengultimatum Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperkuat perlindungan di sektor jasa keuangan supaya terhindar dari praktik menggoreng saham. Menurutnya masyarakat memerlukan perlindungan yang pasti terhadap produk jasa keuangan, baik asuransi, pinjaman online, investasi, tur haji, hingga umroh. Jokowi menuturkan pengawasan produk-produk jasa keuangan tersebut harus detail.
Presiden juga menuturkan, saat ini pemerintah tidak bisa bekerja dalam skala makro saja, tetapi juga harus mendetailkan pekerjaan di mikro. "Dilihat betul mana yang suka menggoreng. Goreng kalau pas dapet enak, tapi sekali pas kepleset, ya tadi saya sampaikan, Adani di India. Saya minta betul-betul, perusahaan asuransi, pinjol, investasi, dilihat betul," ucapnya.
Adapun Jokowi mengingatkan agar kejadian yang sudah-sudah seperti Asabri, Jiwasraya, Indosurya, hingga Wanaartha tidak terulang lagi. "Mikro satu-satu diikuti. Rakyat hanya minta satu, duit mereka balik. Semuanya yang namanya pengawasan harus diintensifkan," tuturnya.