Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona hijau pada perdagangan hari ini, Kamis (2/2/2023).
Berdasarkan data RTI, IHSG dibuka menguat pada posisi 6.869,72 atau naik 0,11persen. IHSG sempat bergerak di rentang 6.862-6.888 sesaat setelah pembukaan.
Tercatat, 262 saham menguat, 192 melemah, dan 191 saham bergerak di tempat. Kapitalisasi pasar IHSG terpantau menjadi Rp9.489 triliun.
Saham PT Tempo Intimedia Tbk. menjadi saham dengan peningkatan tertinggi yakni 7,79. Emiten lainnya yang bergerak menguat diantaranya, MIDI naik 6,96 persen, LAJU 6,87 persen, CARS 6,52 persen, dan PBRX 6,45 persen.
Sementara itu, saham emiten big cap seperti PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) melejit 4,42 persen, PT Bank Jago Tbk. (ARTO) naik 4,08 persen, dan saham PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) menguat 3,75 persen.
Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini diperkirakan cenderung bergerak bervariatif. Sentimen datang dari data inflasi BPS dan hasil rapat The Fed semalam.
Baca Juga
Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih mengatakan pada perdagangan kemarin (1/2/2023), IHSG ditutup menguat sebesar 0,34 persen atau 22,9 poin di level 6.862,26. IHSG hari ini diprediksi bergerak mixed dalam range level 6.832– 6.931.
Menurut Ratih, sentimen datang dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang melaporkan inflasi Indonesia pada Januari 2023 mencapai 5,28 persen YoY, lebih rendah dibanding periode sebelumnya 5,51 persen YoY atau secara bulanan tercatat 0,34 persen MoM, melandai dibanding periode sebelumnya 0,66 persen MoM.
Inflasi inti tercatat 3,27 persen YoY, di bawah periode sebelumnya 3,36 persen YoY. Sementara itu, PMI Indeks periode Januari 2023 tercatat berada di level ekspansif 51.3, tumbuh dibanding periode sebelumnya yang tercatat di level 50.9.
Dari global, sentimen datang dari Federal Reserve pada Rapat Komite Pasar Terbuka (FOMC) yang kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps dalam kisaran 4,5 persen hingga 4,75 persen. The Fed mulai memperlambat laju kenaikan suku bunga acuan setelah sebelumnya dengan kenaikan 50 bps pada Desember 2022 dan 75 bps pada 4 bulan beruntun di pertemuan tahun lalu.
"Hal tersebut dilakukan agar inflasi dapat menurun menuju target The Fed dalam kisaran 2 persen," tuturnya.